Langsung ke konten utama

Jum'at Perdana Bulan Dzulhijjah

Pagi  ini bertepatan hari Jum'at Pahing tanggal 2 Agustus 2019 merupakan awal bulan Dzulhijjah tanggal 2. Sebentar lagi umat islam seluruh penjuru dunia akan merayakan hari  raya, yaitu hari raya Idul Adha ( Idul Qurban ) dan sering kali disebut bulan haji. Sebelum memasuki hari raya, umat islam biasanya disunnahkan untuk berpuasa Tarwiyah dan Aropah. Puasa Tarwiyah dilaksanakan pada hari Tarwiyah yakni pada tanggal 8 Dzulhijjah dan puasa Arafah dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah. Suatu peristiwa yang tak kalah pentingnya pada tanggal itu, saudara kita yang menjalankan ibadah haji akan melaksanakan inti ibadah haji. Namun sebelum tanggal 8 Dzulhijjah, calon jamaah haji mulai berbondong-bondong untuk melaksanakan Tawaf Haji di Masjid Al Haram, Makkah. Calon jamaah haji memakai pakaian Ihram (dua lembar kain tanpa jahitan sebagai pakaian haji), sesuai miqatnya. Kemudian berniat haji, dan membaca bacaan Talbiyah, Labbaikallahumma labbaik, labbaika laa syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni` mata laka wal mulk laa syarika laka. "Pada 8 Dzulhijjah di Makkah Jamaah melakukan shalat Dzuhur dan Ashar berjamaah dengan jama` taqdim di pemondokan masing-masing. Kemudian mempersiapkan diri untuk berangkat ke Arafah, dan sebelum matahari tenggelam kendaraan yang akan mengantar jamaah sudah bergerak menuju ke Arafah," terangnya. Tanggal 9 Dzulhijjah, pagi harinya semua calon jamaah haji menuju ke padang Arafah untuk menjalankan ibadah wukuf, yaitu berdiam diri dan berdoa di padang Arafah hingga Maghrib datang. Pada malam 9 Dzulhijjah jamaah menuju ke Muzdalifah untuk mabbit (bermalam) dan mengambil batu untuk melontar jumroh secukupnya. Tengah malam pada 9 Dzulhijjah atau setelah mabbit jamaah meneruskan perjalanan ke Mina untuk melaksanakan ibadah melontar Jumroh. Tanggal 10 Dzulhijjah, jamaah melaksanakan ibadah melempar Jumroh sebanyak tujuh kali ke Jumroh Aqobah sebagai simbolisasi mengusir setan. Dilanjutkan dengan tahalul yaitu mencukur rambut atau sebagian rambut. Jika jamaah mengambil nafar awal maka dapat dilanjutkan perjalanan ke Masjidil Haram untuk Tawaf Haji atau menyelesaikan Haji. Sedangkan jika mengambil nafar akhir (sani) jamaah tetap tinggal di Mina dan dilanjutkan dengan melontar jumroh sambungan (Ula dan Wustha). Tanggal 11 Dzulhijjah, melempar jumrah sambungan (Ula) di tugu pertama, tugu kedua, dan tugu ketiga. Tanggal 12 Dzulhijjah, melempar jumrah sambungan (Ula) di tugu pertama, tugu kedua, dan tugu ketiga. Tanggal 13 Dzulhijjah Jamaah haji kembali ke Makkah untuk melaksanakan Thawaf Wada` (Thawaf perpisahan), dan sebelum magrib Jamaah sudah harus pulang ke negara masing-masing. Rukun haji terdiri dari Ihram, Thawaf, Sa` i, dan Wuquf. Apabila salah satu rukun haji di atas tidak dilaksanakan maka hajinya batal. Namun ini sedikit mengalami perbedaan dikalangan imam, seperti Abu Hanifah berpendapat bahwa rukun haji hanya ada 2 yaitu: Wuquf dan Thawaf. Ihram dan Sa` i tidak dimasukkan ke dalam rukun karena menurut beliau, ihram adalah syarat sah haji dan sa` i adalah yang wajib dilakukan dalam haji (wajib haji). Sementara Imam syafi` ie berpendapat bahwa rukun haji ada 6 yaitu: Ihram, Thawaf, Sa` i, Wuquf, Mencukur rambut, dan Tertib berurutan. Wajib Haji, terdiri dari Iharam dimulai dari miqat yang telah ditentukan, Wuquf di Arafah sampai matahari tenggelam, Mabit di Mina, Mabit di Muzdalifah hingga lewat setengah malam, Melempar jumrah, Mencukur rambut dan Tawaf Wada` . Syarat-syarat Wajib Haji yaitu Islam, Berakal, Baligh dan Mampu. "Ibadah haji terbagi dalam tiga jenis, Haji Ifrad (menyendiri/ tersendiri), Haji Tamattu (bersenang-senang) dan Haji Qiran (menggabungkan). Masing-masing ketiga jenis ibadah haji tersebut dapat dibedakan baik dari sisi nama maupun pelaksanaan," jelas Asyari. Disebut Haji Ifrad jika sesorang melaksanakan ibadah haji dan umroh secara sendiri-sendiri, dengan mendahulukan ibadah haji terlebih dahulu baru melaksanakan ibadah umrah. Artinya, ketika calon jamaah haji mengenakan pakaian ihram di miqat-nya, hanya berniat melaksanakan ibadah haji. Jika ibadah hajinya sudah selesai, maka orang tersebut mengenakan pakaian ihram untuk melaksanakan ibadah umrah. Haji Tamattu yaitu jika seseorang melaksanakan ibadah Umrah dan Haji di bulan haji (Dzulhijjah) dengan mendahulukan ibadah Umroh. Saat seseorang mengenakan pakaian ihram di miqat-nya maka berniat hanya melaksanakan ibadah Umrah. Setelah ibadah Umrahnya selesai orang tersebut kembali mengenakan ihram untuk melaksanakan Ibadah Haji. Pelaksanaan Haji Tamattu ini ditetapkan didalam bulan-bulan yang sama ditahun berbeda yaitu 8-13 Dzulhijjah. Haji Qiran, jika seseorang melaksanakan Ibadah Haji dan Umrah sekaligus (secara bersamaan). Yaitu, ketika seseorang mengenakan pakaian ihram di miqat-nya berniat untuk melaksanakan Ibadah Haji dan Umrah. Haji Qiran dilakukan dengan tetap berpakaian ihram sejak miqat makani dan melaksanakan semua rukun dan wajib haji sampai selesai, walau akan memakan waktu lama

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menangkal Digiseksual di Era Modern

  Oleh :  Imam Agus Taufiq  Munculnya Revolusi Industri pada tahun 1784 menuntut manusia untuk menciptakan berbagai hal yang mampu meringankan pekerjaan. Waktu silih berganti, seiring berjalannya jarum jam , revolusi industri terus mengalami perkembangan, bahkan saat ini   sampai pada revolusi industri 4.0. Realita   ini sangat menguntungkan bagi manusia   seiring   perkembangan teknologi yang semakin cepat melesat   membuat segalanya menjadi mudah. Manusia tidak perlu lagi bersusah payah dan dibuat pusing   dalam mengerjakan berbagai hal, karena semua pekerjaan telah diambil alih oleh teknologi. Revolusi Industri 4.0   memberikan banyak terobosan dalam teknologi di antaranya, komputer, gagdet , robot pintar, robotika, kecerdasan buatan atau AI ( Arificial Intelligence ), internet, kendaraan, dan lain sebagainya . Keterlibatan teknologi dalam kehidupan sehari-hari menyebabkan manusia menjadi ketergantungan, di sisi lain teknologi juga memberikan pengaruh yang   besar dalam kehid

Usaha Berbuat Positif

Oleh: Imam Agus Taufiq Takwa yang biasa terdengar di telinga kita adalah usaha untuk selalu melaksanakan perintah Allah swt dan Rasulullah saw. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt dalam surat Al Taghabun ayat 12 yang berbunyi: واطيعوا الله واطيعوا الرسول، فإن توليتم فإنما على رسولنا البلاغ المبين. "Bertakwalah kamu sekalian kepada Allah swt dan Rasulallah, jika engkau berpaling maka sesungguhnya kewajiaban utusan hanya menyampaikan amanat Allah dengan jelas". Ayat tersebut menjelaskan kepada kita untuk selalu taat kepada Allah swt dan Rasulullah. Arti takwa di sini menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dari sabab musabab takwa inilah sumbernya keberuntungan dunia dan akhirat. Pekerjaan taat kepada Allah dan Rasulullah bisa dilakukan kapan pun dan dimana pun. Apalagi di hari yang banyak kebaikannya yaitu hari Jumat. Harus kita ketahui bahwa Allah swt menjadikan hari Jumat, sebaik-baiknya hari bagi umat Islam. Salah satunya hari yang mulia yang disabdakan

Usaha Membangun Mood Menulis

  Oleh:  Imam Agus Taufiq Mengapa tidak menulis? Mengapa lama tidak menulis? Kiranya dua pertanyaan ini jika diajukan umumnya akan dijawab serupa, belum ada mood menulis. Solusi yang dilakukan adalah bagaimana membangun atau menciptakan mood menulis. Untuk menciptakan hal ini penting untuk menghadirkan atmosfer yang cocok untuk menulis.  Setiap penulis memiliki kebiasaan berbeda saat menulis. Misalnya seorang tokoh pahlawan nasional yang sudah banyak menelurkan banyak karya yaitu Tan Malaka di antaranya yang opus Magnum adalah Madilog (Materialisme, Dialektika, dan Logika). Tan Malaka menulis buku-bukunya dengan cara memanfaatkan jembatan keledai untuk mengingat apa yang kemudian ditulis.  Ketika masa kolonialisme Belanda, Tan Malaka menjadi pelarian bukan hanya pemerintah kolonial Belanda, namun juga pemerintah kolonial Inggris yang menguasai Malaya dan Singapura serta pemerintah Amerika Serikat yang menguasai Filipina. Dalam posisi dikejar-kejar inteljen pemerintahan kolonial tersebu