Munculnya Revolusi Industri pada
tahun 1784 menuntut manusia untuk menciptakan berbagai hal yang mampu
meringankan pekerjaan. Waktu
silih berganti, seiring berjalannya jarum jam, revolusi
industri terus mengalami perkembangan, bahkan saat ini sampai pada revolusi industri 4.0. Realita ini sangat menguntungkan bagi manusia seiring perkembangan teknologi yang semakin cepat melesat membuat segalanya menjadi mudah. Manusia tidak
perlu lagi bersusah payah
dan dibuat pusing dalam mengerjakan berbagai hal, karena semua
pekerjaan telah diambil alih oleh teknologi.
Revolusi Industri 4.0 memberikan banyak terobosan dalam teknologi di
antaranya, komputer, gagdet,
robot pintar, robotika, kecerdasan buatan atau AI (Arificial Intelligence),
internet, kendaraan, dan lain
sebagainya. Keterlibatan
teknologi dalam kehidupan sehari-hari menyebabkan manusia menjadi
ketergantungan, di
sisi lain teknologi juga memberikan pengaruh yang besar dalam kehidupan, di antarnya adalah
perilaku seksual di era modern yang disebut dengan digiseksual.
Selama
ini orientasi seksual yang kita kenal hanya ada tiga, yaitu homoseksual (sesama
jenis), heteroseksual (lawan jenis), dan biseksual (tertarik kepada keduanya).
Adapun yang masih menjadi kontroversi adalah homoseksual dan biseksual. Belum
selesai dengan keduanya, muncul lagi tipe seksualitas di era moden yang dikenal
dengan digiseksual. Menurut
Nurbaiti dalam artikelnya, digiseksual merupakan perilaku seksual yang muncul
dari kemajuan teknologi. Istilah ini diperkenalkan oleh Neil Mc Arthur, seorang Lektor Kepala di
Universitas Manitoba. Kemudian secara spesifik dikenalkan kembali oleh Markie
L.C. Twist dari Universitas Nevada dalam tulisannya, The Rise of
Digisexuals. Singkatnya, digiseksual merupakan pemuas hasrat seksual dengan
menggunakan alat bantu seks seperti boneka seks.
Kehadiran
boneka
seks menjadi pengganti lawan jenis untuk memenuhi kebutuhan seksual. Bukan
menjadi sesuatu yang tabu, hari ini penggunaan boneka seks justru telah
dinormalisasi di beberapa negara bahkan dijual secara bebas. Dilengkapi dengan
berbagai fitur teknologi yang lengkap, boneka seks tidak seperti benda mati,
tetapi bisa bergerak dan bersuara layaknya manusia.
Sebelum
nasi menjadi bubur, ada langkah nyata untuk menanggulangi perilaku menyimpang secara
terang-terangan yang dilarang oleh agama. Perilaku menyimpang atau deviasi seperti digiseksual
akan semakin berbahaya tanpa adanya tindakan real atau nyata. Islam sendiri
memberikan tuntunan untuk mengantisipasi merebaknya digiseksual di zaman yang
serba canggih akan teknologi ini.
Adapun
langkah yang dapat dilakukan pertama dengan puasa. Puasa merupakan obat mujarab
untuk melemahkan hawa nafsu angkara murka. Dengan berpuasa atau menahan makan, minum
dan lainnya paling tidak bisa menjadi benteng pertahanan dari perilaku
digiseksual. Langkah kedua yaitu dengan menikah. Menikah merupakan upaya tepat
pencegahan digiseksual, kategori ini kusus
bagi mereka yang mampu, karena dengan
menikah dapat melemahkan penglihatan dan menjaga kemaluan atau farji.
Semoga
dengan wasilah puasa dan menikah mampu meminimalisir perilaku digiseksual di
zaman mayapada ini, dimana kecanggihan teknologi cepat melesat yang mengalir
deras. Karena perilaku digiseksual memiliki dampak negatif terhadap diri
sendiri dan merugikan orang-orang sekitar. Wallahu a’lam.
Keren yiiii
BalasHapusSuwun mas bos...
BalasHapus