Agus Taufiq
Malam itu tepatnya hari Senin malam Selasa 8 November 2021 FORSIS Tulungagung bersama LBM MWC NU Kalidawir menggelar acara dialog keagamaan dengan tema "Moderasi beragama di tengah kemajemukan bangsa". Acara ini digelar dalam rangka memperingati HSN tahun 2021. Melihat bangsa Indonesia yang majemuk, maka santri harus menjadi pioner dalam menegakkan moderasi beragama.
Pengarustamaan moderasi beragama terus di gaung gemakan dan moderasi beragama muncul karena bangsa Indonesia punya problem ancaman kelompok ekstremisme, radikal, ujaran kebencian hingga retaknya hubungan antar umat beragama. Hal ini dimaksudkan untuk menangkal paham ekstrimesme, radikalisme, ujaran kebencian hingga retaknya hubungan antar umat beragama. Sejalan dengan hal tersebut, maka moderasi beragama harus dipahami oleh semua lapisan masyarakat agar tujuan utamanya tercapai sesuai sasaran yang dimaksudkan. Lantas, apakah sebenarnya modeasi beragama itu ?. Moderasi menurut bahasa Indonesia adalah pengurangan kekerasan, dan penghindaran keekstriman. Menurut bahasa Inggris bararti core (inti, esensi), standard (etika), moderasi dalam bahasa latin (ke-sedang-an) tidak kelebihan dan kekurangan, moderasi menurut bahasa Arab berasal dari Wasth atau wasathiyah yang memiliki padanan makna dengan tawassuth (tengah-tengah) i'tidal (adil), dan tawazun (berimbang). Moderasi beragama adalah cara pandang, sikap dan praktik beragama dalam kehidupan bersama dengan cara mengejawantahkan esensi ajaran agama yang melindungi martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan berdasarkan prinsip adil, berimbang dan mentaati konsitusi sebagai kesepakatan berbangsa. Moderasi beragama bukanlah upaya memoderasikan agama, melainkan memoderasi pemahaman dan pengalaman kita dalam beragama.
Moderasi beragama bukan hal yang absurd yang tak bisa diukur. Keberhasilan moderasi beragama di kehidupan masyarakat Indonesia dapat terlihat dari tingginya empat indikator utama. Pertama, komitmen kebangsaan. Yaitu penerimaan terhadap prinsip-prinsip bangsa yang tertuang dalam UUD 1945. Kedua toleransi, menghormati perbedaan memberi ruang orang lain untuk keyakinan, mengekpresikan keyakinannya, dan menyampaikan pendapat. Menghargai kesetaraan dan sedia bekerjasama. Ketiga, anti kekerasan. Menolak tindakan seseorang atau kelompok tertentu yang menggunakan cara-cara kekerasan baik secara fisik atau verbal dalam mengusung perubahan yang diinginkan. Keempat, penerimaan terhadap tradisi. Ramah dalam penerimaan tradisi dalam budaya lokal dalam perilaku keagamaannya, sejauh tidak bertentangan dengan pokok ajaran agamanya.
Muatan pesan keagamaan dalam moderasi beragama. Pertama, memajukan kehidupan umat beragama, yakni diwujudkan dalam sikap hidup amanah, adil serta menebarkan kebajikan dan kasih sayang terhadap sesama manusia. Kedua, menjunjung tinggi keadaban mulia. Menjadikan nilai nilai moral universal dan pokok ajaran agama sebagai pandangan hidup dengan tetap berpijak jati diri Indonesia. Ketiga, menghormati harkat martabat kemanusiaan. Dengan mengutamakan sikap memanusiakan manusia, baik laki atau perempuan atas dasar kesetaraan hak dan kewajiban warga negara demi mencapai kemaslahatan bersama. Keempat, memperkuat nilai moderat. Mempromosikan dan mengejawantahkan pengalaman cara pandang, sikap, praktik keagamaan jalan tengah. Kelima, mewujudkan perdamaian. Menebarkan kebajikan dan kedamaian, mengatasi konflik dengan prinsip adil dan berimbang serta berpedoman pada konstitusi. Keenam, menghargai kemajemukan. Yakni menerima keberagaman sebagai anugerah, dan karenanya bersikap terbuka terhadap perbedaan. Ketujuh, menanti komitmen berbangsa. Yakni menjadikan konstitusi sebagai panduan kehidupan umat beragama dalam berbangsa dan bernegara, serta mentaati aturan hukum dan kesepakatan bersama.
Kirannya beragama secara moderat telah lama dipraktikkan dan sekarang ini diperlukan. Moderasi beragama tak cukup dipromosikan saja, tetapi butuh aksi dan gerakkan bersama seluruh komponen bangsa baik pemerintah maupun kelompok agama agar ekstremisme, kekerasan atas dasar kebencian kepada agama dan suku yang berbeda bisa ditekan dan dihilangkan menuju model beragama yang toleran, damai, tetap menghargai kemanusiaan. Mari bergandeng tangan mensukseskan gerakan moderasi beragama yang tetap dalam bingkai NKRI.
Late post. Kalidawir, 10 November 2021.
Komentar
Posting Komentar