Oleh :
Imam Agus Taufiq
Seiring alih status IAIN
Tulungagung menjadi UIN, maka kampus yang mempunyai jargon dakwah dan peradaban
itu tak ada kata lelah dan menyerah untuk terus bertransformasi dan berdaya
saing untuk menjadi kampus bonafide. Selain itu perubahan alih status IAIN
Tulungagung menjadi UIN juga diimbangi munculnya guru besar yang terus mengalir
deras yang diharapkan membawa berkah melimpah ruah. Tak terkecuali pada
pergantian tahun 2022 salah seorang guru, motivator, senior bahkan inspirator
telah mendapatkan anugerah jabatan tertinggi akademik menjadi guru besar
dalam bidang filsafat Islam. Gelar jabatan akademik yang diperoleh oleh orang nomer satu dalam pegiat literasi ini,
merupakan gelar pertama yang penyerahan SK guru besarnya dari kementerian agama pusat Jakarta. Beliau
merupakan guru besar termuda dari deretan 15 guru besar lainnya. Terbukti
kemarin pada waktu upacara hari amal bakti kementerian agama beliau diundang
secara kusus untuk mengikuti upacara dan menerima SK guru besar langsung dari
Gus Yaqut selaku menteri agama republik Indonesia era pemerintahan Jokowi yang
menggantikan menteri agama sebelumnya yaitu bapak Fahrul Razi.
Sebagai murid, tentu saya merasa gembira mendapatkan kabar
bahwa orang nomer wakid yang bergelut di dunia literasi, yaitu bapak
Ngainun Naim ini sebagai motor penggerak literasi di kampus dakwah dan peradaban
UINSATU Tulungagung. Capaian ini saya rasa sebagai capaian yang luar
biasa yang terjadi sekali dalam umur hidup. Sosok yang piawai dalam hal
literasi ini akhirnya sampailah pada titik klimaks dan mengukir sejarah berkat
dengan tekad, tekun, dan istikamah menekuni bidang literasi untuk mengukir
prestasi demi kemajuan negeri. Sebuah torehan yang perlu diapresiasi tak lepas dari namanya perjuangan yang sangat
luar biasa yang dilakukan secara terus-menerus. Prinsip yang beliau selalu
gaung-gemakan adalah menebar energi positif melalui sebuah tulisan sederhana
menuju tulisan yang luar biasa.
Kisah perjalanan sang inspirasi ini tentu tak datang secara tiba-tiba, tetapi di
balik itu semua ada kisah perjalanan
yang luar biasa. Pria yang akrab disapa Ngainun Naim ini asli kelahiran desa
Sambidoplang kecamatan Sumber Gempol kabupaten Tulungagung. Beliau lahir dari
kelurga guru pada 19 Juli 1975 putra pasangan almarhum Kalib Surjadi dan
Wijiati. Ngainun Naim merupakan anak sulung dari enam bersaudara. Pengalaman
belajar Ngainun Naim di bangku MTs, merupakan murid yang anti terhadap pelajaran bahasa Indonesia.
Menurutnya, pelajaran bahasa Indonesia hanya mengotak-atik hal-hal yang
sehari-hari sudah menjadi bahasa percakapan. Berbicara dan membaca sebagian
besar sudah dilakukan dalam bahasa Indonesia. Terus mengapa mesti masih belajar
bahasa Indonesia?. Ketidak sukaan beliau terlihat jelas ketika pelajaran
mengarang. Menurutnya, mengarang bagian dari pelajaran bahasa Indonesia yang
paling memusingkan. Beliau ingat betul dalam memulai mengarang sering
menggunakan kalimat awal “Pada suatu hari, “Di sebuah desa”, atau “Liburan yang
lalu”. Jarang sekali beliau menggunakan kalimat pembuka yang lain yang lebih
kreatif.
Hal yang lebih parah lagi kalau sudah masuk ke isi
karangan, isinya hanya berputar-putar tak karuan. Kalimat tertentu bisa
diulang-ulang dalam satu paragraf. Contohnya, dalam suatu alinea, kata “oleh
karena itu” bisa muncul lebih dari lima kali. Bahkan beliau ingat tulisan
karangan teman sebangkunya paling sering menulis kata “lalu”. Dan pernah dihitung
oleh guru bahasa Indonesia, kata lalu dalam satu alinea ada sepuluh buah.
Lantas bagaimanakah pak Naim menyukai menulis? Ternyata
faktor gurulah yang memberikan perubahan drastis dari membenci karang-mengarang
hingga menyukainya sampai sekarang. Guru yang mengubah sikap pak Naim ini bukan
guru bahasa Indonesia, tetapi guru lain yang mengajar bahasa Inggris. Ketika
itu, beliau almarhum pak Amrullah masih muda terlihat gagah, menarik, dan kalau
mengajar sangat memikat ketika usianya 27 tahun. Pak Naim sangat menyukai caranya mengajar,
sebut saja pak Amrullah memberikan banyak inspirasi kepadanya. Pak Amrullah
mengerti betul bagaimana membangkitkan potensi dan minat muridnya untuk bisa
mengusai pelajaran. Berbagai metode beliau terapkan agar bisa menyenangi dan
menguasai pelajaran bahasa Inggris.
Dari sosok pak Amrullah, ada hal lain yang mengukuhkan
keinginan pak Naim untuk maju, yaitu sikap dan semangat beliau. Beliau seorang
penulis artikel di berbagai majalah, dan juga seorang “kutu buku”. Setiap
mengajar selalu membawa buku disela-sela waktu kosong beliau membaca buku
sekitar 10 atau 15 menit pelajaran berakhir. Pak Amrullah selalu memberikan
kesempatan kepada muridnya untuk bertanya tentang apa saja. Dan yang menjadi heran ketika ada pertanyaan
apa saja, pak Amrullah hampir bisa menjawab semua pertanyaan. Inilah yang
menjadikan pak Naim terinspirasi. Pak Naim ingin rasanya meniru beliau. Maka
dari itu, sedapat mungkin pak Naim kalau di rumah membaca berbagai buku dan
majalah. Dari virus inilah pak Naim mulai menyukai dunia tulis menulis bahkan
mengikat makna. Dengan hobi menulis ketika mahasiswa S2 sebagian dari biaya
kuliah ia peroleh dari honorarium menulis artikel dan resensi buku di berbagai
media massa.
Seiring berjalanya
ruang dan waktu, pak Naim terus aksi dalam menorehkan capaian dalam
menerbitkan buku. Buku solo yang menurut
saya sangat menginspirasi adalah buku dengan judul “Menjadi Guru Inspiratif
Memberdayakan dan Mengubah Jalan Hidup Siswa” yang diterbiktan Pustaka Pelajar
tahun 2009. Buku ini laris manis di kalangan guru dan mahasiswa. Secara singkat
isi buku tersebut bahwa keberhasilan seseorang dalam hidup dipengaruhi oleh
tiga hal; peran pribadi guru inspiratif, kemampuan guru inspiratif membangun
iklim pembelajaran yang semakin
menyuburkan arti dan makna inspiratif, serta usaha siswa sendiri dapat meraih
kesuksesan, baik ketika duduk di bangku sekolah maupun setelah selesai jenjang
pendidikannya. Pada hal inilah, guru inspiratif memiliki peranan penting dalam
menyulutkan api pemantik kesuksesan kehidupan para siswanya. Walaupun bukan
faktor tunggal yang menentukan kesuksesan hidup seseorang, kehadiran dan peran
guru inspiratif tetaplah sangat penting. Karena spirit inspiratif dapat menjadi
pintu masuk dalam memasuki jenjang dan tahapan membangun kesuksesan hidup di
tahap selanjutnya.
Buku kedua
yang sangat menginspirasi saya adalah
buku dengan judul “The Power of Reading Menggali Kekuatan Membaca untuk
Melejitkan Potensi Diri” yang diterbitkan oleh Aura Pustaka tahun 2013. Bukiu
ini menjadikan magnet tersendiri bagi saya atau menjadikan hasrat membaca semakin
berapi-api. Realitasnya virus membaca masih jauh dari harapan. Hal yang penting
dilakukan adalah berusaha secara terus menerus untuk mengkampanyekan arti dan
makna penting membaca dalam komunitas masyarakat. Menjadikan membaca bukan
sekedar kebiasaan baik atau sekedar hiburan. Lebih dari itu, membaca dapat
merubah perilakunya menjadi lebih dan berkualitas. Dengan demikian, membaca
akan memberikan kontribusi positif yang nyata bagi kehidupan.
Buku
ketiga yang sangat menginspirasi saya adalah buku dengan judul “The Power of Writing
Mengasah Ketrampilan Menulis untuk Kemajuan Hidup” yang diterbitkan oleh Lentera
Kreasindo tahun 2015. Buku tersebut saya akui cukup provokatif dalam mendorong
saya untuk menulis. Dan sungguh luar biasa, pak Naim tidak omong kosong.
Karena saya tahu, bahwa beliau sangat produktif dalam berkarya tulis. Buku ini
bagaikan angin segar di tengah lesunya minat pendidik dalam nenelurkan karya.
Buku
keempat yang sangat menginspirasi adalah buku dengan judul “Self Development,
Melejitkan Potensi Personal, Sosial dan Spiritual”. Diterbitkan oleh IAIN
Tulungagung Press tahun 2015. Buku ini menurut saya sebagai market kebaikan.
Pengembangan diri sangat dibutuhkan dan menjadi sarana bagi seseorang untuk
tumbuh menjadi berkualitas. Pribadi yang berkualitas idealnya memiliki
keseimbangan dimensi personal, sosial, dan spiritual. Tiga dimensi inilah yang
bisa membuat seseorang bisa mengalami kemajuan hidup tanpa kehilangan daya
kritis. Manusia akan berkualitas dengan kepedulian sosial dan spiritualitas
tinggi. Atau bisa dikatakan bahwa seseorang yang bisa memadukan tiga dimensi akan
mampu mengejawantahkan dimensi kemanusiaan secara komprehensif.
Buku
kelima yang membuat saya terinspirasi adalah buku yang bombastis dengan judul “Menipu Setan Kita Waras di Zaman
Edan”. Diterbitkan PT Elex Media Komputindo Kompas Gramedia tahun 2015. Buku ini merupakan hikmah dan kisah
inspirasi. Tulisan yang tersaji di dalamnya mengajak para pembaca untuk tidak
mudah hanyut dalam godaan hidup yang semakin kompleks. Melihat tantangan hidup
yang semakin hari semakin berat dan rumit. Banyak orang yang terjerumus ke
perilaku hina karena tak mampu menghadapi godaan yang ada. Demi memuaskan hawa
nafsu angkara murka tak peduli melanggar aturan, etika, dan norma. Ketika
terjadi hal seperti itu, maka dibutuhkan kebeningan hati, kejernihan nalar, dan
kematangan jiwa. Supaya waras kiranya harus belajar dari para tokoh, para kiai
yang mempunyai kharismatik. Memiliki kearifan, keihlasan, kesederhanaan, dan
spiritualitas. Modal inilah yang membuat kiai tidak mudah larut dalam arus
zaman, tetapi justru mempengaruhi terhadap perkembangan zaman. Para tokoh besar
juga menginspirasi lewat jejak hidup, mereka adalah teladan tak pernah kering
yang harus digali dan diaktualisasikan. Seolah membaca kisah tokoh dapat
memberikan kesejukan di tengah oase hidup yang gersang sekarang ini. Ketika
membaca buku ini membuat saya hanyut untuk berpikir jernih di tengah zaman edan
yen ora melu edan ora keduman.
Itulah diantara karya beliau yang menurut saya sangat
inspiratif. Masih banyak karya beliau yang mempunyai asupan gizi yang mempunyai
nilai positif, dan hidup yang penuh dengan sarat makna. Sosok inspiratif,
humoris, dan suple. Salah satu hal yang menarik dari pak Naim adalah selalu
istikamah menebar energi positif yang tak ada habis-habisnya. Beliau dalam
memberikan bimbingan melihat seberapa kemampuan mahasiswanya, ibarat ketika mahasiswanya bisa diajak lari
kencang maka terus disuport semaksimal mungkin untuk menjadi yang terbaik.
Sosok pak
Naim menurut saya adalah manajer,
terbukti beliau 2 periode dalam mengemban amanah ketua LP2M bisa bekerja dengan
timnya. Semua pekerjaan bisa tuntas karena solidnya time work. Begitu juga saya
menyebutnya, bahwa pak Naim adalah leader. Mempunyai pengaruh, menggerakkan,
konseptor yang visioner. Selamat kepada Prof. Dr. Ngainun Naim, M.HI atas
pencapaian gelar akademiknya guru besar dalam bidang filsafat pendidikan Islam
UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. Semoga anugerah ini memberikan manfaat
yang luar biasa untuk umat dan penuh berkah. Aamin... Dan selalu punya prinsip
menyulut spirit inspiratif seperti pesan H.A.R. Tilaar yang
berbunyi “ Masyarakat masa depan adalah masyarakat yang terbuka di mana hanya manusia unggullah
yang dapat bertahan atau memanfaatkan kesempatan terbuka. Masyarakat masa depan
mengagungkan kualitas yang hanya dapat diproduksi oleh manusia-manusia unggul.
Hanya manusia unggullah yang dapat bersaing. Dengan keunggulan itulah manusia
dapat hidup terus dan dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Manusia unggul
adalah manusia yang dapat berpikir kreatif dan produktif, yang tidak menerima
status quo dan selalu menginginkan sesuatu yang baru yang lebih baik. Oleh
sebab itu, manusia unggul adalah manusia inovatif”
Imam Agus Taufiq , lahir di
Tulungagung 03 September 1985. Menamatkan pendidikan guru madrasah ibtidaiyah
di STAI Diponegoro Tulungagung, dan pendidikan agama Islam bea siswa madin di
STAI Muhammadiyah Tulungagung. Sekarang masih menempuh S2 manajemen pendidikan
Islam di kampus tercinta Tulungagung. Aktivitas sehari-hari adalah pengelola
madrasah diniyah dan TPQ di Joho Kalidawir. Selain itu juga sebagai sekretaris
FORSIS kabupaten Tulungagung dan wakil ketua RMI MWC NU Kalidawir.
Tulungagung, 25 Januari 2022.
Komentar
Posting Komentar