Imam Agus Taufiq
“Orang boleh pandai setinggi
langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari
sejarah’
--Pramoedya Ananta Toer
Al Quran
adalah kitab suci yang mulia bagi umat muslim pengikut Muhammad SAW yang dijaga
keasliannya. Al Quran juga sebagai pedoman dan petunjuk dengan bahasa balaghah
yang saat luar biasa yang tak ada tandingannya. Membacanya bernilai ibadah,
apalagi hafal plus paham isi kandungan dan bisa mengamalkannya. Al Quran
terdiri dari 30 juz 114 surat dan 6665 ayat. Ayat Quran yang pertama turun adalah surat al 'Alaq
ayat 1 sampai 5. Dari ayat tersebut mempunyai pesan bahwa manusia tak lepas
dari membaca dan menulis. Membaca dan menulis bagai sisi matang uang yang tak
terpisahkan.
Manusia
sebagai hewan yang berucap dalam istilah mantiqnya. Berucap berarti tak lepas
dari anugerah punya akal pikiran itulah yang membedakan manusia dengan binatang.
Anugerah akal pikiran harus dirawat, salah satunya dengan berliterasi. Membaca
dan merangkai kata meraih asa demi kemajuan bangsa. Sebenarnya berlitersi
sudah digaung gemakan oleh pendahulu kita, yaitu Salafunasshalih. Mereka punya
karya sekaligus peninggalan yang sampai saat ini karyanya masih dipelajari dan
dikaji oleh generasi ke generasi bahkan tak tergerus arus derasnya zaman.
Kreativitas
dan produktivitas menulis merupakan hal yang sudah dipatenkan dalam Quran dan
hadits. Kreativitas dan produktivitas menulis yang ada dalam Quran dan hadits
mencakup ayat Quraniyah dan kauniyyah. Kreativitas dan produktivitas menulis
seperti apa yang dicontohkan ulama terdahulu merupakan kewajiban bagi semua
umat muslim dengan tujuan kelestarian ajaran Ialam. Melihat kreativitas dan
produktivitas menulis merupakan kewajiban umat muslim dengan tujuan kelestarian
umat Islam, maka bagi saya harus ikut andil melestarikan atau merawat tradisi ini yang
semakin hari punah atau kurang diminati.
Manusia sudah disibukkan dengan hidup yang serba gemerlap dan kelezatan semata.
Mereka hanyut dalam sebuah misteri berolomba-lomba dalam hal keduniawian yang
dinikmati serba instan. Mereka enggan untuk kerja keras tanpa menikmati proses panjang. Bagi mereka pokoknya hasil
akhir.
Jujur saja,
saya tertarik di dunia literasi berawal dari sosok figur yang digandrungi
mereka yang terjun di dunia literasi. Saya tertarik pertama kali dari buku
beliau yang berjudul “Menjadi guru Inspiratif”. Buku ini laris manis dikalangan
mahasiswa kampus swasta yang menjadi kebanggaan orang NU yaitu STAI Diponegoro
yang berada di jantung kota Tulungagung. Termasuk saya sendiri juga memiliki
buku tersebut. Sebenarnya, saya mempunyai blog sudah lama sebelum kenal sang
motivator dalam hidup saya selama ini. Seiring berjalannya waktu, akhirnya saya
kenal beliau dan menawari saya bergabung di group WA menulis yang beliau
kelola. Singkat cerita, group WA ini merupakan cikal bakal lahirnya Sahabat
Pena Kita (SPK) cabaang Tulungagung.
Berbicara
terkait dunia menulis, saya termasuk pemula. Biar pun pemula, tetapi saya harus
belajar di tengah keterbatasan dalam merangkai kata. Faktanya saya sendiri
dalam menulis mengalami pasang surut. Iman saja kadang bertambah, kadang
berkurang, dan itulah sifat manusiawi. Menulis itu akan menjadi tajam apabila
sering berlatih. Ibarat seseorang yang mempunyai sebuah pisau, apabila sering
dipakai dan diasah akan semakin tajam. Sebaliknya, jika seseorang mempunyai
pisau harga mahal pun tanpa diasah dan dipakai akhirnya juga tumpul. Selain
berlatih dan terus belajar, seorang penulis harus punya sosok figur yang
menjadi idola. Idola di sini tak cuma digandrungi semata, tetapi harus ditiru
dari segi gaya kepenulisan dan lainnya. Sosok penulis idola adalah ibarat
seorang guru yang harus digugu lan ditiru dan sanad keilmuan yang jelas yang
bisa membawa keberkahan, bukanya sosok guru yang menyesatkan.
Menulis itu
bukan sebuah bakat. Sering terdengar di telinga kita, bahwa menulis itu adalah
sebuah bakat. Rupanya perkataan tersebut
salah besar. Menulis adalah sebuah ketrampilan yang harus diasah secara
terus-menerus. Menulis perlu proses panjang yang harus ditekuni dan tak bisa
datang secara tiba-tiba. Menulis itu
mudah dan sebenarnya semua orang itu bisa dikatakan penulis, kalau tak percaya
silahkan dicoba. Mulai bangun tidur sebenarnya banyak ide bertebaran. Apa yang
kita lihat, dengar, rasa, baca, dan alami, dan tinggal kita peka atau tidak.
Dan menulis itu perlu menerapkan prinsip 3M. Pertama memulai dari diri sendiri,
kedua memulai dari yang mudah, dan ketiga memulai dari sekarang juga. Setelah
menerapkan prinsip 3M yang tak kalah penting adalah melungkan waktu. Sesibuk
apa pun apabila kita mampu memanage waktu kiranya tak ada problem dalam menulis.
Banyak penulis yang berkaliber papan atas, semuanya tak lepas dari tugas dan
jadwal yang padat merayap. Tetapi dengan tugas dan jadwal yang padat merayap,
mereka masih bisa menelurkan banyak karya. Mereka tak lepas dari yang namanya
meluangkan waktu. Mereka produktif karena jam terbangnya sudah tinggi berkat
istiqomah dalam merawat tradisi literasi demi kemajuan negeri tercinta ini.
Mereka tak lepas dari yang namanya menjalani, menikmati, dan mensyukuri hingga
mereka punya jam terbang tinggi.
Saya sungguh bersyukur bisa bergabung dalam group WA Sahabat Pena Kita (SPK) cabang Tulungagung. Melalui group itu, saya bisa berpartisipasi dalam merawat tradisi menulis meskipun kadang mengalami pasang surut. Harapan besar bagi saya untuk bisa menerbitkan buku solo. Sementara saat ini masih bisa bergabung dalam menerbitkan buku secara keroyokan atau antologi. Dan alhamdulillah berkat bergabung komunitas ini saya bisa ikut andil dalam buku-buku antologi, diantaranya : “Membumikan Literasi Secuil Kontribusi untuk Memajukan Negeri, Sejuta Cerita Tentang Ibu, dan Suka Duka mendampingi Anak Belajar di Masa Pandemi”. Tradisi membuat buku antologi patut untuk diapresiasi. Antologi adalah modal awal untuk bisa menerbitkan buku secara mandiri. Karena sesuatu yang besar tak lepas dari hal yang kecil. Melalui secuil tulisan ini saya berharap mempunyai manfaat dan menjadi cambuk bagi saya untuk lebih istiqomh dalam menekuni dunia literasi dalam merangkai kata untuk kejayaan bangsa. Aamiin...
Kalidawir, 6 Juli 2021.
Penulis lahir di Tulungagung 3 September 1985. Sekarang tinggal di Joho Kalidawir kabupaten Tulungagung. Penulis dapat dihubungi 081317725825 atau agustaufiq899@gmail.com.
Komentar
Posting Komentar