Langsung ke konten utama

Belajar Menulis adalah Investasi

 Imam Agus Taufiq

"From saving cames having. From small begining great thing." 

--Gyan C. Fain


Kita sering mendengar untuk sekolah memerlukan biaya besar, apalagi sampai dibangku perguruan tingi S-1, S-2, S-3. Namun tak sedikit dari lulusan perguruan tinggi yang bergelar sarjana susah mencari pekerjaan. Kadang bekerja tak sesuai dengan pendidikan kita. Masarakat berpandangan bahwa sekolah dengan pendidikan tinggi justru menambah banyak pengangguran. Doktrin ini tak selalu benar, karena menurut saya sekolah tinggi sebenarnya kita telah melakukan investasi, mungkin suatu saat ilmu yang kita kuasai akan berguna karena kehidupan tidak melulu statis akan tetapi terus berubah. 

Contoh sepele ketika kita membeli buku dan membacanya menurut saya sudah investasi. Kita menyerap buku yang kita baca. Apalagi di zaman keterbukaan ini kita dengan mudah mengakses informasi dan segala sumber pengetahuan. 

Bagi orang berpendidikan menulis merupakan pekerjaan sehari-hari. Para siswa menulis dalam hal apa yang diajarkan guru, para mahasiswa menulis apalagi pada saat menyusun tugas akhir berupa skripsi, tesis maupun disertasi. Bagi seorang pemula seperti saya menulis merupakan investasi. Apalagi bagi seorang yang mempunyai jam terbang tinggi menulis merupakan investasi yang tiada henti. 

Menulis bagi pemula, profesi masih dipandang rendah masarakat karena pekerjaan menulis tidak punya kantor, atribut, pakaian resmi, dan tak punya penghasilan tetap. Berbeda bagi orang yang positive thingking dan mengenal lebih jauh dunia tulis menulis. Apalagi menjadi penulis profesional akan mematahkan pandangan itu dan merasa menjadi penulis adalah hal yang menyenangkan. Karena tidak perlu sekolah tinggi dan faktanya banyak penulis berhasil tanpa bergelar contohnya Emha Ainun Najib, Arswendo Atmowiloto.

Dunia tulis menulis tak sama dengan profesi lainnya seperti dokter, pengacara, guru, hakim, pengusaha dan lain-lain yang merupakan profesi menjanjikan karena menerima upah secara teratur. Penulis merupakan dunia kerja mandiri. Menulis merupakan dunia pengetahuan yang didokumentasikan dalam bentuk tulisan dan tak akan hilang termakan zaman. Bahkan ratusan ribu tahun akan selalu tersimpan abadi dan terus bisa dipelajari oleh generasi masa mendatang. 

Ketika profesi menulis disejajarkan dengan profesi lainnya berarti ia memperoleh royalti atas hasil karyanya. Atau penulis best seller terus menghasilkan uang sampai penulisnya meninggal dunia. Bahkan bukunya mengalami cetak ulang berulang kali. 

Seorang penulis pasti mempunyai dorongan kuat untuk investasi. Kalau profesi lainnya investasinya berbentuk tanah, emas, deposito, saham dan lain-lain. Investasi penulis adalah tulisannya. Muhammad Sobari mengemukakan suatu falsafah, "Tuhan mempunyai roti di langit. Banyak roti dan bergelantungan di langit. Kita tinggal menengadahkan tangan(doa, ikhtiar) roti itu dijatuhkan ke tangan dan kita makan". 


Kalidawir, 3 Nopember 2022.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menangkal Digiseksual di Era Modern

  Oleh :  Imam Agus Taufiq  Munculnya Revolusi Industri pada tahun 1784 menuntut manusia untuk menciptakan berbagai hal yang mampu meringankan pekerjaan. Waktu silih berganti, seiring berjalannya jarum jam , revolusi industri terus mengalami perkembangan, bahkan saat ini   sampai pada revolusi industri 4.0. Realita   ini sangat menguntungkan bagi manusia   seiring   perkembangan teknologi yang semakin cepat melesat   membuat segalanya menjadi mudah. Manusia tidak perlu lagi bersusah payah dan dibuat pusing   dalam mengerjakan berbagai hal, karena semua pekerjaan telah diambil alih oleh teknologi. Revolusi Industri 4.0   memberikan banyak terobosan dalam teknologi di antaranya, komputer, gagdet , robot pintar, robotika, kecerdasan buatan atau AI ( Arificial Intelligence ), internet, kendaraan, dan lain sebagainya . Keterlibatan teknologi dalam kehidupan sehari-hari menyebabkan manusia menjadi ketergantungan, di sisi lain teknologi juga memberikan pengaruh yang   besar dalam kehid

Usaha Berbuat Positif

Oleh: Imam Agus Taufiq Takwa yang biasa terdengar di telinga kita adalah usaha untuk selalu melaksanakan perintah Allah swt dan Rasulullah saw. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt dalam surat Al Taghabun ayat 12 yang berbunyi: واطيعوا الله واطيعوا الرسول، فإن توليتم فإنما على رسولنا البلاغ المبين. "Bertakwalah kamu sekalian kepada Allah swt dan Rasulallah, jika engkau berpaling maka sesungguhnya kewajiaban utusan hanya menyampaikan amanat Allah dengan jelas". Ayat tersebut menjelaskan kepada kita untuk selalu taat kepada Allah swt dan Rasulullah. Arti takwa di sini menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dari sabab musabab takwa inilah sumbernya keberuntungan dunia dan akhirat. Pekerjaan taat kepada Allah dan Rasulullah bisa dilakukan kapan pun dan dimana pun. Apalagi di hari yang banyak kebaikannya yaitu hari Jumat. Harus kita ketahui bahwa Allah swt menjadikan hari Jumat, sebaik-baiknya hari bagi umat Islam. Salah satunya hari yang mulia yang disabdakan

Usaha Membangun Mood Menulis

  Oleh:  Imam Agus Taufiq Mengapa tidak menulis? Mengapa lama tidak menulis? Kiranya dua pertanyaan ini jika diajukan umumnya akan dijawab serupa, belum ada mood menulis. Solusi yang dilakukan adalah bagaimana membangun atau menciptakan mood menulis. Untuk menciptakan hal ini penting untuk menghadirkan atmosfer yang cocok untuk menulis.  Setiap penulis memiliki kebiasaan berbeda saat menulis. Misalnya seorang tokoh pahlawan nasional yang sudah banyak menelurkan banyak karya yaitu Tan Malaka di antaranya yang opus Magnum adalah Madilog (Materialisme, Dialektika, dan Logika). Tan Malaka menulis buku-bukunya dengan cara memanfaatkan jembatan keledai untuk mengingat apa yang kemudian ditulis.  Ketika masa kolonialisme Belanda, Tan Malaka menjadi pelarian bukan hanya pemerintah kolonial Belanda, namun juga pemerintah kolonial Inggris yang menguasai Malaya dan Singapura serta pemerintah Amerika Serikat yang menguasai Filipina. Dalam posisi dikejar-kejar inteljen pemerintahan kolonial tersebu