Oleh :
Imam Agus Taufiq
Anak merupakan anugerah dari Allah swt, dan anak juga merupakan titipan dari Allah swt yang harus dijaga, dididik, diarahkan. Tugas orang tua selain mendidik, menjaga, mengarahkan adalah memberikan pengawasan. Pengawasan yang saya maksud di sini adalah pengawasan terhadap kehidupan sehari-hari ketika anak berada di dalam dan luar rumah.
Sebagai orang tua memberikan pengawasan terhadap anaknya diperlukan kapan pun, dan di mana pun. Ada baiknya jika pengawasan orang tua terhadap anaknya tidak dilakukan dalam bentuk pengekangan. Karena, terlalu bersikap mengekang anak dapat menyebabkan pengaruh negatif bagi perkembangannya. Sebaliknya sangat minim pengawasan terhadap anak dan membiarkan menikmati keleluasaan juga tidak baik bagi kepribadiannya.
Minimnya pengawasan orang tua terhadap anaknya bermula dari pemberian ruang kebebasan terhadap anak. Jika terlalu bebas, maka otomatis pengawasan berkurang. Padahal memberikan pengawasan wajib, karena mau tak mau anak adalah amanah yang tak boleh disia-siakan.
Supaya pengawasan tetap berjalan, maka orang tua harus tahu diri dan sadar diri memberikan ruang gerak tanpa melarang kebebasan untuk berekspresi meraih prestasi. Sebab, pada dasarnya yang terpenting untuk dilakukan orang tua ialah mengawasi anak dengan baik, walaupun dilakukan dari jarak jauh. Dengan demikian tanggung jawab sebagai orang tua dapat berjalan baik dan anak menjadi mengerti batas-batas kebebasan yang diberikan.
Ada tiga pengawasan orang tua terhadap anaknya supaya si anak menjadi pribadi yang salih. Pertama, pengawasan terhadap ibadahnya. Orang tua punya peran penting mengawasi anak supaya taat beribadah, kususnya salat wajib. Orang tua harus memantau cermat seperti apa semangat anak dalam menjalankan kewajiban salat. Ketika orang tua tahu semangat, teratur, dan tepat waktu anaknya melakukan ibadah maka harus memberikan pujian sebagai motivasinya. Tetapi, ketika anaknya malas, dan banyak kelalaian salatnya maka orang tua wajib menegurnya dengan tegas. Ketika sudah dewasa, pengawasan orang tua harus ditingkatkan. Kelalaian orang tua dalam hal memperhatikan kewajiban salat anaknya karena alasan sibuk pekerjaan, atau lainnya akan membuat anak beranggapan bahwa salat itu tidak penting, bahkan sepele.
Kedua, pengawasan terhadap perilaku keseharian. Hal ini orang tua memperhatikan dengan benar seperti apa akhlak perangai anak, baik saat berhubungan dengan keluarga, teman dekat, maupun masyarakat. Selain itu, pengawasan orang tua terhadap perilaku anak juga dapat menyangkut dengan siapa anak bergaul. Ketika anak bergaul dengan teman yang perangainya buruk, maka harus segera diperingatkan untuk dijauhi. Sebab kalau hal itu sampai dibiarkan, berarti orang tua memberikan peluang bagi anak untuk terlibat dalam perilaku temanya. Orang Jawa mengatakan"Galangan kalah karo golongan".
Ketiga, pengawasan terhadap prestasi belajar. Bagaimana anak belajar dan seperti apa prestasi belajarnya juga perlu diperhatikan orang tua. Dengan memperhatikan prestasi belajar paling tidak sebagi orang tua telah memberikan dukungan kepadanya menjadi pribadi yang berhasil. Jenny Gichara mengatakan"Ketika anak merasa orang tuanya begitu perhatian terhadap semangat dan prestasi belajarnya, maka ia akan semakin termotivasi memberikan yang terbaik untuk mereka".
Alhasil, sebelum nasi menjadi bubur. Minimnya pengawasan terhadap anak akan membuat menyesal di kemudian hari. Anak adalah agen perubahan, dan penerus estafet perjuangan masa depan yang lebih gemilang. Paling minim, anak adalah penerus perjuangan orang tua, ketika orang tua sudah meninggal. Hal ini sebagaimana nadhom Alfiyah Ibnu Malik yang berbunyi
وما يلى المضاف يأتى خلفا # عنه فى الاعراب اذا ماخذفا
Kalidawir, 30 Juni 2024.
Komentar
Posting Komentar