Oleh :
Imam Agus Taufiq
Ketika menyambut tamu dengan kata marhaban, tentu yang datang bukan tamu sembarangan. Pasti punya keistimewaan yang luar biasa dan pasti mendapatkan kemanfaatan luar biasa bagi penyambutnya. Tamu agung yang disambut adalah Ramadan. Sambutan yang penuh keceriaan bahkan yang selalu dinanti di hati umat Islam penjuru dunia akirnya tiba "Marhaban yaa Ramadan syahru al-siyam."
Ramadan adalah pembakaran, yaitu pembakaran hawa nafsu angkara murka dengan tirakat puasa Ramadan. Menahan lapar, dahaga dan lainnya mulai terbit fajar sampai terbenamnya matahari dari hal-hal yang membatalkannya merupakan ritual puasa Ramadan. Ritual puasa Ramadan kusus bagi orang-orang yang beriman, hal itu menunjukkan bahwa betapa sayangnya Allah swt terhadap orang yang beriman.
ياايهاالذين امنوا كتب عليكم الصيام كما كتب على الذين من قبلكم لعلكم تتقون.
Di antara sayangnya Allah swt, maka Ramadan bisa dimaknai bulan "al- qabul" diterimanya amal kebaikan dan doa-doa diterima bagi yang intens memanjatkannya. Karena di bulan Ramadan pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu serta amal perbuatan dilipat gandakan.
Ramadan juga dimaknai bulan "al-ghufron" pengampunan dosa. Ritual puasa Ramadan didasari atas iman dan hati tulus menggapai ridlo-Nya pasti dosa-dosanya terdahulu terampuni.
من صام رمضان ايمانا واحتسابا غفر له ماتقدم من ذنبه
Ramadan bukan bulan bermalas-malasan. Ketika seorang hamba tahu akan kemualiannya, pasti berusaha untuk memaksimalkan sebulan penuh diisi dengan hal positif yang mempunyai nilai ibadah plus-plus. Ketika tahu betapa besar akan kemulian bulan Ramadan, lantas apakah kita biarkan lewat begitu saja ?.
افلا تعقلون....؟ قلون...قلون...قلون
Kalidawir, 24 Maret 2023.
Komentar
Posting Komentar