Oleh:
Imam Agus Taufiq
Hidup adalah hak dan mati adalah wajib. Sekalipun hidup itu hak, bukan berarti manusia bisa seenaknya. Hidup merupakan anugerah yang luar biasa yang harus disukuri baik secara lisan, perbuatan. Karena dengan bersukur akan ditambah nikmatnya, sebaliknya jika manusia kufur maka akan menuai azab yang pedih. Manusia sebagai makhluk yang agamis tentu anugerah hidup ini tak dibiarkan lewat begitu saja, tetapi pasti butuh yang namanya penghambaan dalam rangka merealisasikan sukur. Mengingat bahwa manusia diciptakan oleh Allah swt hanyalah untuk beribadah kepada-Nya.
Ibadah di sini tak cuma melulu merealisasikan rukun Islam yang ada lima. Selebihnya ibadah merupakan sesuatu yang mengandung energi positif dan ada bekas kemanfaatan sesama manusia. Dan semuanya itu bisa berjalan apabila ada niatan tulus tanpa ada embel-embel yang lain. Tidak ada niatan pamer, dipuji, atau ingin didengar orang lain. Memang manusia diciptakan oleh Allah swt berbeda dengan makhluk lain. Manusia dibekali akal untuk berpikir dan bertindak.
Dalam berpikir dan bertindak butuh yang namanya ilmu. Ilmu butuh untuk dicari secara mandiri, tidak bisa diwakilkan. Ketika manusia punya ilmu, paling tidak manusia bisa berusaha berbuat baik dan meminimalisir dari perilaku menyimpang. Rasanya tak mungkin orang yang berbuat baik tak butuh dari yang namanya ilmu. Orang Jawa mengatakan "Ilmu" angele biso ketemu. Dengan bekal ilmu hidup menjadi mudah, dan beragama semakin terarah terhindar dari kekacauan.
Berbekal ilmu, manusia mampu mengahadapi tiga perkara yang pasti datangnya. Tiga perkara ini, tidak bisa diwakilkan. Manusia pasti mengalaminya. Dan manusia tidak biasa menghindar, bahkan manusia berusaha mengumpat di mana pun pasti datang. Tak bisa ditolak, sekalipun tidak diminta tapi pasti mengalaminya.
Pertama adalah tua. Tua merupakan fase pertumbuhan manusia dari masa balita menuju anak-anak, anak-anak menuju dewasa, dan dewasa menuju tua. Tua ditandai dengan menurunnya energi (kekuatan). Lumrahnya tua biasanya "atine karep tapi kekuatane mungkret". Tak jarang ketika manusia pada masa tua kembali ke sifat kanak-kanakan. Untuk meminimalisir masa tua adalah memaksimalkan masa muda. Ingatlah masa mudamu sebelum tuamu. Memaksimalkan masa muda sebelum tua adalah cara yang terbaik dalam hal perilaku yang positif.
Kedua adalah sakit. Ketika manusia mengalami yang namanya sakit, pasti susah, kekuatan melemah, dan ingat akan salahnya. Sekalipun yang namanya sakit itu ujian atau cobaan dari yang Maha Rahman dan Rahim. Untuk meminimalisir dari hal itu, adalah memaksimalkan atau ingat sehatmu sebelum sakitmu. Kesehatan memang mahal harganya perlu diupayakan dan dijaga. Ikhtiyar manusia dalam masa sehat adalah berlomba-lomba dalam hal kebajikan menggerakkan hati, lisan, dan jasmani untuk menggapai ridho Allah swt dengan amal perbuatan yang bernilai ibadah.
Ketiga adalah mati. Ada kehidupan ada kematian. Setiap nyawa manusia pastilah mati. Kematian pasti datangnya, kapanpun dan dimana pun. Di bumi mana kita akan mati, itu merupakan rahasaia dari Allah swt. Manusia hanya berusaha permulaan (hidup) sebaik mungkin dan akhir (kematian) yang husnul khotimah. Usaha manusia berprinsip " Beramalah untuk urusan dunia sebagaimana kamu hidup selamanya dan beramalah untuk urusan akhiratmu seolah kamu mati esok". Semoga hidayah dan pertolongan Allah swt selalu menyertai kita. Sehingga dapat memaksimalkan nikmat pemberian-Nya untuk berlomba-lomba dalam kebaikan dan termasuk predikat "Khoirunnas anfauhum linnas". Aamiin...
اللهم اختم لنا بحسن الخاتمة ونعوذ بك من سوء الخاتمه
اللهم احيينا بحياة العلماء وأمتنا بموت الشهاداء واحشرنا فى زمرة الأولياء وادخلنا الجنة مع الانبياء عليه السلام. آمين يارب العالمين
Komentar
Posting Komentar