Langsung ke konten utama

Menyemai Kebahagiaan

 Agus Taufiq



Hidup adalah anugerah yang luar biasa yang Allah SWT berikan kepada hambaNya. Dengan anugerah yang luar biasa kiranya patut kita syukuri. Syukur bisa diwujudkan dengan menggunakan nikmat guna meraih ketaatan. Mengingat bahwa dengan bersyukur seperti Allah SWT janjikan akan menambahNya, tapi sebaliknya jika kufur Allah SWT akan memberikan azab yang pedih.

Kebahagiaan bukan hanya diukur dari materi saja. Tapi lebih dari itu bagi saya adalah bisa melangkahkan kaki untuk bertholabul ilmi. Kewajiban tholabul ilmi tak sebatas bagi mereka yang usia belia, tapi kewajiban itu tak mengenal usia selama bisa menghembuskan nafas.  Mulai dari ayunan sampai ke liang lahat atau dikenal dengan long life education. 

Kebiasaan sehari-hari habis salat Asar, saya sempatkan untuk menengok rutinitas kegiatan belajar mengajar di madrasah diniyah. Hal ini saya lakukan bukan unsur pamer atau lainnya, tapi karena keberadaan mereka adalah aset yang harus dididik, diarahkan untuk menjadi generasi masa depan.

Disela-sela mengajar, tak bosan untuk memotivasi mereka untuk istiqomah. Walaupun istiqomah itu mudah diucapkan tapi prakteknya berat. Mengingat bahwa istiqomah adalah lebih baik dari seribu karomah. Selain itu, dengan istiqomah Allah akan menjanjikan kesuksesan di masa depan. Hal ini sesuai syair dalam nadhom al-Amrithi yang berbunyi : 

ุญูŠุซู…ุง ุชุณุชู‚ู… ูŠู‚ุฏุฑ ู„ูƒ ุงู„ู„ู‡ # ู†ุฌุงุญุง ูู‰ ุบุงุจุฑ ุงู„ุงุฒู…ุงู†

Kedua, sungguh-sungguh. Dengan sungguh-sungguh dalam belajar di masa muda dalam mencari ilmu, nantinya akan bermanfaat di waktu usia tua. Ahli hikmah mengatakan : "Bahwa apa yang kau raih di masa muda akan bermanfaat di masa tua". 

    .ู…ุงุชุญุตู„ ูู‰ ุงู„ุตุบุฑ ูŠู†ูุนูƒ ูู‰ ุงู„ูƒุจุงุฑ

Kesempatan mencari ilmu harus ditunaikan sedini mungkin, harus dijalankan sendiri tanpa diwakilkan. Mengingat kesempatan sebelum datang kesempitan, menyesal di kemudian hari, dan belajar di usia anak-anak bagaikan mengukir di atas batu. Berbeda belajar di masa tua bagaikan mengukir di atas air.

Ketiga, utamakan adab. Dalam mencari ilmu adab adalah hal penting. Adab dalam menu makanan diibaratkan tepung, sedangkan ilmu bagaikan garam. Ketika orang ingin membuat makanan semisal othe-othe, tepung dan garamnya pasti banyak tepungnya. Andaikan banyak garamnya pasti ambyar. Adab harus di atasnya ilmu (ุงู„ุงุฏุจ ููˆู‚ ุงู„ุนู„ู…). Orang yang mencari ilmu tanpa adab bagaikan seekor lalat (ู…ู† ู„ูŠุณ ุงู„ุงุฏุจ ูƒุงุงู„ุฐุจุงุจ). Faktanya,  lalat suka hinggap di mana-mana. Setelah hinggap di kotoran, seekor lalat hinggap di makanan atau lainnya.

Kiranya istiqomah, sungguh-sungguh, adab menjadi bagian penting dalam bertholabul ilmi. Ketika hal itu sudah dijalankan insyaAllah akan memberikan janji secara tunai pada masa depannya. Mereka sebagai pewaris estafet perjuangan ketika pendahulunya sudah tiada. Hal itu sesuai dengan nadhom Alfiyah Ibnu Malik dalam bab Idafah yang berbunyi :

ูˆู…ุงูŠู„ู‰ ุงู„ู…ุถุงู ูŠุงุกุชู‰ ุฎุงู„ูุง # ุนู†ู‡ ูู‰ ุงู„ุงุนุฑุงุจ ุงุฐุง ู…ุงุฎุฐูุง

"Bahwa santri adalah pewaris tunggal kyai dalam hal kedudukannya, ketika kyai telah meninggal". Dan inilah kebahagiaan hakiki yang tak terputus bisa terus menerus mewariskan keilmuannya dan pahala tiada henti setiap hari. Wallahu a'lam.


Kalidawir, 28 Agustus 2021.



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menangkal Digiseksual di Era Modern

  Oleh :  Imam Agus Taufiq  Munculnya Revolusi Industri pada tahun 1784 menuntut manusia untuk menciptakan berbagai hal yang mampu meringankan pekerjaan. Waktu silih berganti, seiring berjalannya jarum jam , revolusi industri terus mengalami perkembangan, bahkan saat ini   sampai pada revolusi industri 4.0. Realita   ini sangat menguntungkan bagi manusia   seiring   perkembangan teknologi yang semakin cepat melesat   membuat segalanya menjadi mudah. Manusia tidak perlu lagi bersusah payah dan dibuat pusing   dalam mengerjakan berbagai hal, karena semua pekerjaan telah diambil alih oleh teknologi. Revolusi Industri 4.0   memberikan banyak terobosan dalam teknologi di antaranya, komputer, gagdet , robot pintar, robotika, kecerdasan buatan atau AI ( Arificial Intelligence ), internet, kendaraan, dan lain sebagainya . Keterlibatan teknologi dalam kehidupan sehari-hari menyebabkan manusia menjadi ketergantungan, di sisi lain teknologi juga memberikan pengaruh yang   besar dalam kehid

Usaha Berbuat Positif

Oleh: Imam Agus Taufiq Takwa yang biasa terdengar di telinga kita adalah usaha untuk selalu melaksanakan perintah Allah swt dan Rasulullah saw. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt dalam surat Al Taghabun ayat 12 yang berbunyi: ูˆุงุทูŠุนูˆุง ุงู„ู„ู‡ ูˆุงุทูŠุนูˆุง ุงู„ุฑุณูˆู„، ูุฅู† ุชูˆู„ูŠุชู… ูุฅู†ู…ุง ุนู„ู‰ ุฑุณูˆู„ู†ุง ุงู„ุจู„ุงุบ ุงู„ู…ุจูŠู†. "Bertakwalah kamu sekalian kepada Allah swt dan Rasulallah, jika engkau berpaling maka sesungguhnya kewajiaban utusan hanya menyampaikan amanat Allah dengan jelas". Ayat tersebut menjelaskan kepada kita untuk selalu taat kepada Allah swt dan Rasulullah. Arti takwa di sini menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dari sabab musabab takwa inilah sumbernya keberuntungan dunia dan akhirat. Pekerjaan taat kepada Allah dan Rasulullah bisa dilakukan kapan pun dan dimana pun. Apalagi di hari yang banyak kebaikannya yaitu hari Jumat. Harus kita ketahui bahwa Allah swt menjadikan hari Jumat, sebaik-baiknya hari bagi umat Islam. Salah satunya hari yang mulia yang disabdakan

Usaha Membangun Mood Menulis

  Oleh:  Imam Agus Taufiq Mengapa tidak menulis? Mengapa lama tidak menulis? Kiranya dua pertanyaan ini jika diajukan umumnya akan dijawab serupa, belum ada mood menulis. Solusi yang dilakukan adalah bagaimana membangun atau menciptakan mood menulis. Untuk menciptakan hal ini penting untuk menghadirkan atmosfer yang cocok untuk menulis.  Setiap penulis memiliki kebiasaan berbeda saat menulis. Misalnya seorang tokoh pahlawan nasional yang sudah banyak menelurkan banyak karya yaitu Tan Malaka di antaranya yang opus Magnum adalah Madilog (Materialisme, Dialektika, dan Logika). Tan Malaka menulis buku-bukunya dengan cara memanfaatkan jembatan keledai untuk mengingat apa yang kemudian ditulis.  Ketika masa kolonialisme Belanda, Tan Malaka menjadi pelarian bukan hanya pemerintah kolonial Belanda, namun juga pemerintah kolonial Inggris yang menguasai Malaya dan Singapura serta pemerintah Amerika Serikat yang menguasai Filipina. Dalam posisi dikejar-kejar inteljen pemerintahan kolonial tersebu