Langsung ke konten utama

Bersyukur Kunci Kesuksesan

Imam Agus Taufiq



 وإذ تأذن ربكم لئن شكرتم لأزيدنكم ولئن كفرتم إن عذابي لشديد ...الاية

"Do not underestimate what you already have"

(Gus Nadir)


Bersyukur sangat dianjurkan dalam agama Islam. Perintah bersyukur telah dijelaskan dalam Al-Quran surat Ibrahim ayat 7. Diantara asbabun nuzul ayat itu, bahwa bangsa Yahudi adalah kaum yang paling banyak mendapatkan nikmat dari Allah SWT, tetapi mereka termasuk kaum yang paling tidak pandai bersyukur. Surat Ibrahim ayat 7 turun dalam konteks dialog antara nabi Musa dan bangsa Yahudi. Allah bercerita tentang nabi Musa ketika ia mengingatkan kaumnya pada hari-hari Allah yang mereka alami dan nikmat-nikmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada mereka. Yaitu, ketika Allah menyelematkan mereka dari cengkraman Fira'un dan para pengikutnya dari siksaan dan penghinaan yang mereka alami. 

Sikap keji yang Fir'aun lakukan adalah menyembelih anak laki-laki yang mereka jumpai dan membiarkan hidup anak-anak perempuan. Lalu Allah telah menyelematkan dalam peristiwa itu dari ancaman pembunuhan raja Fir'aun. Sehingga selamat dari hal tersebut merupakan karunia dan nikmat yang paling besar. Sayang seribu sayang, bangsa Yahudi melupakan semua nikmat yang Allah berikan, dan mereka menjadi bangsa yang kufur atas segala nikmat.

Maka, nabi panutan dan idola, serta nabi yang selalu kita harapkan pertolongan syafaatnya telah diingatkan oleh Allah SWT termasuk juga umat beliau untuk pandai-pandai bersyukur. Jangan serta-merta meniru kesalahan bangsa Yahudi . Kesalahan bangsa Yahudi seharusnya dijadikan pelajaran yang berharga untuk bahan evaluasi agar menjadi umat yang pandai-pandai bersyukur. Biasa terdengar  di telinga kita orang Jawa bilang, "Urip iku urup kudu tansah dinikmati, disyukuri, lan dijalani". 

Orang yang pandai bersyukur adalah mereka yang tahu berterima kasih. Bukan sekedar banyak atau sedikit rezeki yang kita miliki, melainkan merenungkan sejenak bahwa yang memberi rezeki kita adalah Sang Maha Agung yang tak ada duanya. Itu saja sudah pantas membuat kita bersyukur karena sedikit atau banyak kita masih diperhatikan, diperdulikan diberi rezeki oleh Allah SWT. Alhamdulillah...

Manfaat bersyukur menurut Gus Nadir ada tiga. Pertama, orang yang bersyukur akan jauh lebih produktif. Mengapa demikian? Karena mereka tahu cara memaksimalkan sumber daya dan peluang yang ada. Orang yang selalu mengeluh, berkeluh kesah waktunya akan habis untuk menyesali diri. Berlama-lama dalam nestapa membuat kita tak siap menangkap peluang berikutnya. Orang yang bersyukur akan memanfaatkan yang dimiliki saat ini, sekecil apa pun untuk bekal terus maju.

Kedua, orang yang bersyukur itu lebih bahagia dan optimis. Orang pesimis akan sibuk meratapi kegagalan dan nyinyir ke sana kemari terhadap kesuksesan orang lain, sedangkan orang yang pandai bersyukur emosinya akan lebih stabi, sigap mencari solusi, melokalisasi persoalan bukan melebarkannya ke mana-mana, dan taktis mengatur strategi. Dengan segala keterbatasannya, orang bersyukur akan membuat skala prioritas.

Ketiga, bersyukur itu manfaatnya akan kembali pada kita. Perbendaharaan Allah SWT sangat luas. Bersyukur terhadap pemberian-Nya itu tidak akan menambah sesuatu pun di sisi-Nya, tetapi justru akan menambah rahmat-Nya untuk kita. kita yang butuh syukur, bukan Allah SWT yang butuh. 

Marilah kita berusaha sekuat tenaga untuk Tahadduts bin ni'mah dengan menyebarkan, berbagi kebahagiaan, dan menebar energi positif supaya menular kepada orang lain. Dan berusaha menjauhi penyakit kronis SMS (Senang Melihat orang lain Susah dan Susah Melihat orang lain Senang) yang harus kita lawan. Imam Al-Ghazali mengingatkan kita semua, bahwa cara bersyukur pada Allah SWT itu lewat hati, dengan lisan, dan dengan amal perbuatan. Belajar menyesali kesalahan kemarin, bersyukur terhadap apa yang diraih hari ini, dan berusaha, berdoa untuk menyongsong masa depan yang lebih gemilang. Itulah cara yang patut menitipi hidup menuju-Nya. Wallahu a'lamu. 


Kalidawir, 7 Desember 2021.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menangkal Digiseksual di Era Modern

  Oleh :  Imam Agus Taufiq  Munculnya Revolusi Industri pada tahun 1784 menuntut manusia untuk menciptakan berbagai hal yang mampu meringankan pekerjaan. Waktu silih berganti, seiring berjalannya jarum jam , revolusi industri terus mengalami perkembangan, bahkan saat ini   sampai pada revolusi industri 4.0. Realita   ini sangat menguntungkan bagi manusia   seiring   perkembangan teknologi yang semakin cepat melesat   membuat segalanya menjadi mudah. Manusia tidak perlu lagi bersusah payah dan dibuat pusing   dalam mengerjakan berbagai hal, karena semua pekerjaan telah diambil alih oleh teknologi. Revolusi Industri 4.0   memberikan banyak terobosan dalam teknologi di antaranya, komputer, gagdet , robot pintar, robotika, kecerdasan buatan atau AI ( Arificial Intelligence ), internet, kendaraan, dan lain sebagainya . Keterlibatan teknologi dalam kehidupan sehari-hari menyebabkan manusia menjadi ketergantungan, di sisi lain teknologi juga memberikan pengaruh yang   besar dalam kehid

Usaha Berbuat Positif

Oleh: Imam Agus Taufiq Takwa yang biasa terdengar di telinga kita adalah usaha untuk selalu melaksanakan perintah Allah swt dan Rasulullah saw. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt dalam surat Al Taghabun ayat 12 yang berbunyi: واطيعوا الله واطيعوا الرسول، فإن توليتم فإنما على رسولنا البلاغ المبين. "Bertakwalah kamu sekalian kepada Allah swt dan Rasulallah, jika engkau berpaling maka sesungguhnya kewajiaban utusan hanya menyampaikan amanat Allah dengan jelas". Ayat tersebut menjelaskan kepada kita untuk selalu taat kepada Allah swt dan Rasulullah. Arti takwa di sini menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dari sabab musabab takwa inilah sumbernya keberuntungan dunia dan akhirat. Pekerjaan taat kepada Allah dan Rasulullah bisa dilakukan kapan pun dan dimana pun. Apalagi di hari yang banyak kebaikannya yaitu hari Jumat. Harus kita ketahui bahwa Allah swt menjadikan hari Jumat, sebaik-baiknya hari bagi umat Islam. Salah satunya hari yang mulia yang disabdakan

Usaha Membangun Mood Menulis

  Oleh:  Imam Agus Taufiq Mengapa tidak menulis? Mengapa lama tidak menulis? Kiranya dua pertanyaan ini jika diajukan umumnya akan dijawab serupa, belum ada mood menulis. Solusi yang dilakukan adalah bagaimana membangun atau menciptakan mood menulis. Untuk menciptakan hal ini penting untuk menghadirkan atmosfer yang cocok untuk menulis.  Setiap penulis memiliki kebiasaan berbeda saat menulis. Misalnya seorang tokoh pahlawan nasional yang sudah banyak menelurkan banyak karya yaitu Tan Malaka di antaranya yang opus Magnum adalah Madilog (Materialisme, Dialektika, dan Logika). Tan Malaka menulis buku-bukunya dengan cara memanfaatkan jembatan keledai untuk mengingat apa yang kemudian ditulis.  Ketika masa kolonialisme Belanda, Tan Malaka menjadi pelarian bukan hanya pemerintah kolonial Belanda, namun juga pemerintah kolonial Inggris yang menguasai Malaya dan Singapura serta pemerintah Amerika Serikat yang menguasai Filipina. Dalam posisi dikejar-kejar inteljen pemerintahan kolonial tersebu