Langsung ke konten utama

Tujuan Adanya Lisan



Imam Agus Taufiq




Memang Allah SWT menciptakan manusia dalam bentuk  yang sempurna. Diantara salah satu bentuk kesempurnaan manusia adalah manusia diberi  oleh  Allah SWT lisan, tujuannya adalah supaya manusia bisa berucap untuk berkomunikasi menebar energi positif. Pemberian lisan ini sekaligus menjadi pembeda antara manusia dengan hewan yang sering kali manusia disebut hayawan an-natiq.

Di dalam kitab Bidayatul Hidayah Abu Hamid Al-Ghazali menyatakan bahwa, ada empat tujuan kenapa lisan ini diciptakan oleh Allah Swt. Pertamazikrullah (memperbanyak mengingat Allah). Dalam tataran praktisnya, belakangan ini, mengingat Allah bisa dilakukan dengan berbagai cara dan dalam keadaan apapun, tak terkecuali melalui cara yang hukumnya wajib tidak bisa dinegosiasi seperti salat. Mengingat Allah merupakan sebuah kewajiban kita sebagai makhluk ciptaan-Nya yang tidak boleh dibatasi oleh tempat, waktu dan keadaan.

Masyarakat kita masih banyak yang terjebak dalam situasi zaman kebodohan yang kronis, yakni orang-orang atau kelompok tertentu yang merasa paling dekat dengan Tuhan dan tahu maksud Tuhan. Sehingga kelompok lain salah, dan akhirnya disesatkan. Allah itu satu, sendiri dan bersembunyi. Allah memperlihatkan dirinya dengan segala penciptaannya agar supaya manusia bisa kenal, bisa menalar, dan tentu bisa dijadikan tempat bertumpunya semua makhluk untuk memohonkan segala permohonan yang diiringi dengan usaha maksimal. Dengan demikian, pendekatan dalam rangka untuk mengingat Allah tidak hanya bisa dilakukan dalam bentuk ibadah individual tetapi bisa dengan ibadah sosial atau pergaulan sosial. Itulah kenapa Allah SWT disebut sebagai Maha yang tak terbatas dan tak terhingga dan melampaui ruang dan waktu.

Kedua, membaca Alquran. Dengan membaca Alquran, manusia akan banyak mendapatkan inspirasi dan motivasi dalam spirit beragama. Maka di sinilah sebenarnya peran penting lisan diciptakan oleh Allah SWT. sebagai pengingat bahwa tugas utama lisan adalah membaca ayat-ayat Allah. Maka membaca Alquran adalah salah satu kemuliaan besar dibanding kemuliaan-kemuliaan membaca yang lain, apalagi ditambah dengan pemahaman, pengetahuan serta pengamalan dalam kehidupan sehari-hari.

Ketiga, mengarahkan atau menuntun makhluk Allah kepada jalan yang benar (agama yang dijalani Rasulullah dan para sahabatnya). Di era sekarang ini banyak sekali para  muballig  yang melenceng dari tujuan utamanya. Berapa banyak muballig yang masih suka jualan proyek melalui ormasnya. Berapa banyak muballig yang masih memasang tarif, dan seolah-olah jamaah dijadikan mesin ATM. Muballig hadir di tengah-tengah masyarakat memiliki tugas mulia yaitu menyampaikan firman Allah dan sabda Nabi, namun pada saat yang sama muballig juga bisa sebagai penasihat pemerintah dengan keilmuan dan pengetahuan.

Muballig  adalah orang yang tidak hanya bermodalkan ilmu tapi juga etika. Etika ini adalah soal kepantasan. Kepantasan inilah yang mampu memberikan kewibawaan bagi seorang muballig. Jangan karena kita berbeda dalam pilihan semisal politik, lantas tidak mampu menuntun masyarakat kepada jalan yang diridhai Allah.

Mari kembali kepada tugas suci  sebagai muballig yang tidak lain  hanya untuk menuntun makhluk Allah kepada jalan yang benar, mengajak kepada kebaikan dan kebenaran. Bukan mengajak untuk membenci dan mencaci maki seseorang, bukan mengajak untuk memusuhi seseorang karena sebuah perbedaan. Rasulullah adalah makhluk yang memiliki sikap lemah lembut kepada orang lain. Ketika Rasulullah berdakwah maka yang diutamakan adalah kelembutan dalam bertutur kata, kelembutan dalam bersikap. Dan dakwah Rasulullah berhasil bukan karena kekerasan, paksaan dan kegarangannya tetapi karena kelembutan dan kasih sayangnya.

Keempat, menampakkan isi hati melalui lisan demi memenuhi kebutuhan agama dan dunia. Contohnya dalam memenuhi kebutuhan agama, ketika ada niat untuk berdzikir maka berzikirlah dengan lisan. Adapun contoh dalam memenuhi kebutuhan dunia, ketika hendak atau berniat menyuruh karyawan untuk bekerja maka segeralah menyuruh dengan lisan agar mereka bekerja dan paham akan maksud hati. Atau ketika kita hendak atau berniat mengkritik kebijakan pemerintah maka kritiklah dengan baik dan sopan secara verbal maupun nonverbal.

Maka pada bagian ini, dalam urusan agama dan urusan dunia, hati tidak sepenuhnya menjadi prioritas untuk diandalkan. Perlu lisan sebagai manifestasi dan pendukung dari isi hati untuk memperjelas. Ketika lisan yang digunakan tidak sesuai dengan empat macam tujuan di atas maka sama halnya  telah kufur nikmat. 

Kufur nikmat merupakan hal yang dilarang oleh agama. Bahkan yang dianjurkan adalah syukur nikmat. Syukur nikmat dalam menggapai tangga kehidupan taat kepada Allah SWT. Menginggat bahwa dengan syukur nikmat, Allah memberikan janji secara tunai akan menambah segala nikmat. Tapi sebaliknya, apabila manusia kufur nikmat maka siksa Allah amat pedih. 

Selain mendapatkan tambah kenikmatan, ternyata dengan syukur nikmat ada manfaat yang luar biasa yaitu: hidup penuh keberkahan, terhindar dari penyakit hati ( iri, dengki, sombong, hasut ) bahkan penyakit jasmani, dapat meningkatkan ketebalan keimanan, dan terakhir adalah balasan surga. 

Alhasil, semoga kita termasuk orang yang pandai mensyukuri nikmat yaitu mencurahkan segala tenaga dalam memaksimalkan pemberian nikmat untuk berjalan menuju ketaatan kepada Allah SWT. Sebab dengan mensyukuri nikmat dari yang Maha dahsyat akan membuahkan hasil kebahagiaan dunia dan akhirat. Wallahu a'lam. 

 

Kalidawir, 7 Desember 2021. 

  

Komentar

  1. Jazaakallah Yai. Mawa'id husna luar biasa. Semoga sedikit sedikit bisa mengamalkan.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menangkal Digiseksual di Era Modern

  Oleh :  Imam Agus Taufiq  Munculnya Revolusi Industri pada tahun 1784 menuntut manusia untuk menciptakan berbagai hal yang mampu meringankan pekerjaan. Waktu silih berganti, seiring berjalannya jarum jam , revolusi industri terus mengalami perkembangan, bahkan saat ini   sampai pada revolusi industri 4.0. Realita   ini sangat menguntungkan bagi manusia   seiring   perkembangan teknologi yang semakin cepat melesat   membuat segalanya menjadi mudah. Manusia tidak perlu lagi bersusah payah dan dibuat pusing   dalam mengerjakan berbagai hal, karena semua pekerjaan telah diambil alih oleh teknologi. Revolusi Industri 4.0   memberikan banyak terobosan dalam teknologi di antaranya, komputer, gagdet , robot pintar, robotika, kecerdasan buatan atau AI ( Arificial Intelligence ), internet, kendaraan, dan lain sebagainya . Keterlibatan teknologi dalam kehidupan sehari-hari menyebabkan manusia menjadi ketergantungan, di sisi lain teknologi juga memberikan pengaruh yang   besar dalam kehid

Usaha Berbuat Positif

Oleh: Imam Agus Taufiq Takwa yang biasa terdengar di telinga kita adalah usaha untuk selalu melaksanakan perintah Allah swt dan Rasulullah saw. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt dalam surat Al Taghabun ayat 12 yang berbunyi: واطيعوا الله واطيعوا الرسول، فإن توليتم فإنما على رسولنا البلاغ المبين. "Bertakwalah kamu sekalian kepada Allah swt dan Rasulallah, jika engkau berpaling maka sesungguhnya kewajiaban utusan hanya menyampaikan amanat Allah dengan jelas". Ayat tersebut menjelaskan kepada kita untuk selalu taat kepada Allah swt dan Rasulullah. Arti takwa di sini menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dari sabab musabab takwa inilah sumbernya keberuntungan dunia dan akhirat. Pekerjaan taat kepada Allah dan Rasulullah bisa dilakukan kapan pun dan dimana pun. Apalagi di hari yang banyak kebaikannya yaitu hari Jumat. Harus kita ketahui bahwa Allah swt menjadikan hari Jumat, sebaik-baiknya hari bagi umat Islam. Salah satunya hari yang mulia yang disabdakan

Usaha Membangun Mood Menulis

  Oleh:  Imam Agus Taufiq Mengapa tidak menulis? Mengapa lama tidak menulis? Kiranya dua pertanyaan ini jika diajukan umumnya akan dijawab serupa, belum ada mood menulis. Solusi yang dilakukan adalah bagaimana membangun atau menciptakan mood menulis. Untuk menciptakan hal ini penting untuk menghadirkan atmosfer yang cocok untuk menulis.  Setiap penulis memiliki kebiasaan berbeda saat menulis. Misalnya seorang tokoh pahlawan nasional yang sudah banyak menelurkan banyak karya yaitu Tan Malaka di antaranya yang opus Magnum adalah Madilog (Materialisme, Dialektika, dan Logika). Tan Malaka menulis buku-bukunya dengan cara memanfaatkan jembatan keledai untuk mengingat apa yang kemudian ditulis.  Ketika masa kolonialisme Belanda, Tan Malaka menjadi pelarian bukan hanya pemerintah kolonial Belanda, namun juga pemerintah kolonial Inggris yang menguasai Malaya dan Singapura serta pemerintah Amerika Serikat yang menguasai Filipina. Dalam posisi dikejar-kejar inteljen pemerintahan kolonial tersebu