Oleh : Imam Agus Taufiq
Ibu adalah adalah perempuan
yang oleh Allah SWT diberikan kelengkapan organ tubuh yang sangat menakjubkan
untuk mengemban tugas mulia sebagai ibu. Allah SWT telah memberikan rahim
kepada ibu yang di dalamnya terdapat dua puluh induk telur yang mengandung
lebih dari 250.000 ribu sel telur
yang belum matang. Setiap sel
yang besarnya hanya setengah partikel garam
tersebut akan matang setiap bulan tetapi dengan usia yang sangat pendek. Jika sel
telur matang dibuahi oleh sperma, dia
akan menjadi janin, tetapi jika tidak dibuahi
sel telur tersebut akan luruh menjadi darah haid. Keluarnya darah haid pertama kali pada diri perempuan itu sekaligus menjadi penanda seorang perempuan memulai kehidupan
sebagai perempuan dewasa dengan beban hukum
yang melekat padanya.
Sebelum menuju menjadi sang
ibu, perempuan harus melalui fase menjadi istri yang patuh melayani
suaminya, yakni seorang laki-laki yang secara sah menikahinya. Setelah sah
secara agama dan perundang-undangan, saat pertama kali dia memberikan pelayanan
sel telur kepada suaminya, dia harus kembali berdarah karena luka robekan selaput
daranya. Jika Allah SWT berkehendak pada proses ini, akan terjadi pembuahan yang menghasilkan benih janin anak manusia, yakni bertemunya sel
telur dengan satu sel sperma yang
terpilih dari 20 juta hingga 500 juta sel sperma yang dipancarkan oleh suami.
Dari hasil tersebut
menghantarkan seorang istri menjadi ibu, yakni ditandai dengan mengandung. Masa
mengandung kurang lebih 9 bulan 10 hari, ibu tidak bisa menghindari rasa mual
yang luar biasa yang biasanya muntah-muntah akibat berbagai adaptasi yang
dilakukan tubuhnya untuk mempersiapkan kehidupan bayi dalam sebuah rahim hingga
pasca bayi keluar darinya. Ketika sang ibu mengalami hal itu, dia tidak bisa berbuat layaknya seorang
yang mabuk perjalanan bisa hilang rasa mualnya sesaat setelah dia turun dari
kendaraan yang dinaikinya. Akibatnya, dia merasakan kondisi tubuhnya menjadi
lemah.
Akan tetapi, tidak itu saja
yang dia rasakan. Ada yang mengalami perubahan warna kulit menjadi kehitaman,
mual-muntah terus-menerus terjadi bahkan lambungnya teriritasi sehingga
terjadilah muntah darah. Ada juga yang selalu memproduksi air ludah yang
berlebihan sehingga menambah rasa mual. Ada juga yang merasakan perubahan indra
penciuman yang meningkat secara tajam sehingga sangat menderita karena bisa
mencium sesuatu sangat harum atau sebalikya. Dan semua itu terjadi akibat
perubahan hormon yang dialami pada calon ibu.
Di saat berat badan sang janin
mulai bertambah, calon ibu mulai kesulitan mengatur posisi tidurnya dan banyak
pula yang mengalami sesak nafas. Dengan keadaan ini, tentunya secara psikis
calon ibu bisa menjadi sangat labil dan sensitif.. Dengan tubuh yang melemah
dan kondisi psikis yang labil dan sensitif, sungguh membutuhkan perhatian dan
kasih sayang seorang suami yang sekaligus sebagai calon bapak.
Sungguh luar biasa calon
ibu. Ibu adalah perempuan yang harus meregang nyawa ketika mengejan hendak
melahirkan bayi dan berdarah-darah karenanya. Rasa sakit yang luar biasa harus
dialami ibu secara rutin saat kontraksi terjadi dalam hitungan detik, menit,
hingga jam. Betapa rasa sakit tak terucapkan dan suami dapat merasakannya dari genggaman erat tangan istrinya ketika
mengejan. Begitu bayi keluar, subhanallah wal hamdulillah, kebahagiaan karena
hadirnya sang buah hati seolah rasa sakit saat mengejan hilang begitu saja.
Akan tetapi, rasa sakit
secara fisik belum berhenti dirasakan oleh ibu. Apabila ibu melahirkan normal
dengan jahitan pada area jalan keluar bayi atau pun melahirkan dengan cara
operasi caesar, ibu pun harus kembali
merasakan sakit akibat jahitan atau operasi tersebut. Kendatipun demikian, ibu
tak menghiraukan rasa sakit dan tetap merawat bayinya dengan segenap kasih sayangnya.
Selanjutnya, ibu juga masih
mengalami kesulitan atau bahkan merasakan sakit-perih ketika berusaha untuk
memberikan ASI untuk bayinya. Proses menyusui tidak selalu terjadi dengan
mudah. Ibu bisa mengalami kesedihan dan juga keputusasaan ketika sang bayi
belum bisa menyedot ASI dari puting susunya. Ada juga saat bayi bisa jadi
menyedotnya dengan begitu keras sehingga mengalir air mata ibu karena menahan
sakit. Bahkan, sang ibu harus menjerit lirih dengan nafas tertahan karena
putingnya berdarah akibat sedotan sang bayi. Ibu bisa berhenti sesaat menyusui
karena luka itu. Akan tetapi dia harus terus
menyusui demi kehidupan bayinya .
Hari berganti hari, pagi
berganti sore, sore berganti malam, dan malam berganti pagi berlangsung dengan
rasa letih, lelah yang tak pernah bosan menghampiri sang ibu. Ibu harus
berjibaku, rela bau ompol bayinya seolah sebagai pengganti parfumnya. Semoga
suami sadar dan memaklumi akan hal itu. Ibu tetap merawat bayinya dengan penuh
rasa kasih sayang selama 24 jam penuh betapa pun rasa lelah atau pun sakit
harus menderanya. Dia tak mengharap imbalan semua itu dari suaminya. Cukup
baginya, apabila suaminya tetap menyayangi dan setia padanya. Betapapun dia
juga tetap butuh perhatian dan kasih sayang dari suaminya. Saat dia dapati sang
suami bisa membantu mengurus anaknya atau pekerjaan rumah tangganya, terasa
dadanya sesak penuh haru dan bahagia menjadi satu hingga doa untuk suaminya
selalu dia lantunkan dalam sajadah tempat sujudnya.
Di saat bersamaan, ibu
harus menyadari bahwa ia adalah istri
suaminya sehingga di tengah kesibukannya dan kelelahannya mengurus sang bayi,
dia juga tetap melayani suaminya. Ibu harus tetap menjadi ratu rumah tangga ,
menjadi pendidik atau madrasah pertama anak-anaknya. Agar anak-anaknya mengenal
dan mencinta Allah SWT dan rasulNya. Sang ibu juga yang pertama kali
mengajarkan ketrampilan hidup kepada putra-putrinya serta adab-adabnya, mulai
dari memakai-melepas baju, makan-minum dengan tangan kanan, berjabat tangan dan
mengucapkan salam, hingga baca tulis dengan harapan anak-anaknya menjadi orang
yang berilmu, beradab, dan sholih-sholihah.
Sungguh luar biasa
perjuangan ibu tak pernah berhenti. Dia terus berjuang dan berdoa agar anaknya
bisa mencapai cita-cita setinggi langit. Kasih sayangnya tak lekang oleh waktu
dan bahkan mampu menutupi kegelisahan akan ancaman penyakit kanker yang bisa
jadi menyerang organ tubuh yang kau korbankan untuk kehidupan bayimu. Yakni
rahim dan payudara. Lantas adakah yang menyamai pengorbanan ibu. Siapa pun
lahir pasti dari rahim sang ibu, kecuali nabi Adam dan ibu Hawwa. Oleh karena
itu, siapa pun orangnya harus memuliakannya.
Agama Islam telah memberikan
tuntunan yang tiada duanya bahwa seorang anak harus berbuat baik kepada orang
tua mereka, terutama berbuat baik kepada sang ibu. Derajat sang ibu adalah tiga tingkat dibanding
sang ayah. Ia telah mengandung, melahirkan, dan menyusui. Sejatinya hari ibu
adalah setiap hari. Dan itu pun belum bisa membalas kebaikan ibu.
Tulungagung, 31 Desember
2020.
Komentar
Posting Komentar