Imam Agus Taufiq
Manusia terkadang lupa akan apa pemberian Allah. Tak sadar kalau manusia diciptakan Allah diberi kelebihan akal pikiran. Sejenak kita coba pikir dan renungi untaian kalimat Ibnu Qayyim "Ketakwaan pada Allah pasti mendatangkan rezeki. Karena itu, meninggalkan ketakwaan pasti mendatangkan kefakiran." Siapapun kita, kaya atau miskin, seharusnya harus belajar menyelami makna hikmah tersebut sebagai sebuah peringatan dan teguran. Sebenarnya inti dari kalam hikmah di atas menurut saya ada pada kata takwa.
Ketakwaan akan menjadikan kita merasa cukup meski harta yang kita miliki tidak berlimpah jauh dari harapan. Ketakwaan akan menjadikan seberapapun nilai nominal harta yang kita miliki diberkahi oleh Allah SWT. Dan dari berkah itu menjadikan kehidupan kita bisa berjalan stabil. Meski saja uang atau kemampuan materi kita kurang dari kebutuhan.
Dalam keadaan suka atau duka marilah kita berusaha memelihara dan meningkatkan takwa dengan selalu mendekatkan diri pada Allah. Menetapkan hati untuk meluangkan waktu walau tak lama untuk berdiri melakukan salat sunah. Kuatkan kesungguhan hati untuk membuka dan membaca kalam Allah, di tengah kesibukan, kecapekan yang harus kita lewati setiap hari. Selalu berusaha menggerakkan dan membasahi bibir dengan banyak berdzikir, istighfar, memuji Allah SWT. Lawan hawa nafsu dan segera berwudlu dan mujabat kepada Allah di waktu mustajab. Karena itulah detik-detik yang mahal kita perlukan sebagai energi merperkuat ketakwaan kita.
Ada sebuah kisah antara Ibnu Qayyim dan gurunya yang bernama Ibnu Taimiyyah. Di mana yang namanya Ibnu Taimiyyah setelah melakukan salat shubuh beliau tidak beranjak keluar dari masjid, terus duduk berdzikir hingga matahari terbit. Ketika ditanya soal itu, Ibnul Taimiyyah menjawab dengan sangat menyejukkan, "ini (dzikir) adalah sarapanku. Kalau aku tidak sarapan dengan ini, kekuatanku akan melemah."
Begitulah kebutuhan seorang mukmin terhadap ketakwaan, terhadap dzikir, terhadap ketaatan dalam berbagai bentuk kepada Allah. Kedekatan diri kepada Allah bukan saja menjamin rezeki seseorang, tetapi juga menambah kekuatan fisik seperti kata Ibnu Taimiyyah. Jauh dari Allah akan menutup pintu rezeki dan memunculkan kelemahan fisik yang akan membuat seseorang makin sulit melakukan ibadah. Bahkan Ali bin Abi Thalib menyimpulkan tiga keadaan bagi mereka yang melakukan kemaksiatan. "Balasan kemaksiatan adalah rasa lemah dalam ibadah, kesempitan dalam mencari penghidupan, dan kesulitan dalam kelezatan. "Seseorang mendengarkan Ali bertanya tentang apa yang dimaksud kesulitan dalam kelezatan. Beliau menjawab, orang itu tidak merasakan kenikmatan yang halal."
Apabila kita bertekad untuk berada di jalan Allah. Dan apabila ingin berkumpul dengan orang-orang yang mendambakan kehidupan yang tentram, damai di bawah naungan petunjuk Allah, maka perlu disadari kita akan banyak ujian, problematika, masalah, kesulitan, dan penderitaan. Tanpa ada kekuatan bersandar kepadaNya, niscaya kita tak akan mampu mengatasinya. Tanpa ada landasan berpijak saya kira tak akan bisa melewati ujian demi ujian.
Kemiskinan, musibah, tekanan, dan penderitaan batin dan fisik merupakan bagian dari ujian hidup yang pasti dialami oleh orang yang ingin berada di jalan Allah SWT. Sementara keimanan dan ketakwaan adalah bekal yang bisa menjadikan orang kuat dan tetap kembali kepada Allah SWT. Kembali pada Allah dan meminta pertolongan padaNya adalah kunci terlepas dari segala kesulitan. Hal ini seperti apa yang dilakukan Nabi dan beliau ajarkan kepada keluarga, para sahabat, serta kepada kita saat mengalami kesulitan. Teladan itu dalam hadits diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dengan mengatakan "Keluargaku...salatlah...salatlah..."
Berusaha sekuat tenaga untuk tetap bersama, memelihara, hak-hak Allah di kala senang dan lapang. Maka Allah pasti akan bersama kita saat mengalami kesulitan dan membutuhkan pertolonganNya. Inilah saatnya kita memelihara seluruh anggota tubuh kita dalam rangka takwa pada Allah. Ketika tangan masih mampu memegang, mata masih mampu melihat, ingatan masih mampu untuk mengingat. Sudah saatnya kita memelihara semua potensi itu pada jalur yang diridhai Allah SWT.
Tak ada yang lebih indah dari kebersamaan dan menjalin kedekatan dengan Allah. Ketenangan jiwalah yang akan terpancar dari semua usaha pendekatan diri pada Allah. Kedekatan dengan Allah menjadikan seseorang kosentrasi intim bersamaNya. Pada momen ini seseorang memanfaatkannya hanya untuk berdzikir, tafakur, salat, dan berdoa. Sehingga pintu rahmat dan keberkahan terbuka lebar baginya. Inilah tenang dan nikmatnya bersama Allah SWT yang tak ada bandingannya.
Kalidawir, 17 Februari 2021
Komentar
Posting Komentar