Langsung ke konten utama

Sang Guru Sepanjang Masa

Oleh:

 Imam Agus Taufiq




Ada apa dengan tanggal 14 Februari, tanggal 14 Februari bagi saya adalah tanggal istimewa. Keistimewaan tanggal ini lantas bukan untuk merayakan hari kasih sayang yang biasa disebut Valentine day. Hari kasih sayang bagi saya adalah setiap hari, berbeda dengan jomblower kasihnya datang justru sayangnya telah pergi. Ternyata, tanggal 14 Februari adalah hari lahir orang istimewa dan guru sepanjang masa. Siapakah orang itu? Tak lain adalah Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari yang menjadi pendiri NU.

Nama lengkap Hasyim adalah Muhammad Hasyim Asy'ari. Beliau dilahirkan pada tanggal 24 Dzulqa'dah 1287/ 14 Februari 1871 di desa Gedang, Jombang, Jawa Timur, dari keluarga elite Jawa.  Beliau juga berasal dari keluarga Basyaiban yang masih memiliki hubungan keturunan dengan para da'i Arab dari Ahl al-Bait yang datang membawa Islam di Asia Tenggara pada Abad ke-14 H. Beliau lahir di pesantren milik kakeknya dari pihak ibu, yaitu kyai Usman yang didirikan pada akhir abad 19, dari seorang ibu yang bernama Halimah. Ayah Hasyim yaitu Ahmad Asy'ari sebelumnya merupakan santri terpandai di pesantren Gedang. Berkat kepandaian dan akhalaknya oleh kyai Usman, Ahmad Hasyim dinikahkan dengan putrinya yang bernama Halimah. Kyai Asy'ari kemudian mendirikan pesantren Keras di Jombang. Ayah Hasyim ini berasal dari desa Tingkir yang masih keturunan dari Abdul Wahid Tingkir yang diyakini masih keturunan raja muslim Jawa, Jaka Tingkir, dan raja Hindu Majapahit yaitu Prabu Brawijaya VI (Lembu Peteng).

Tanda-tanda ketokohan dan kecerdasan Hasyim Asy'ari sudah tampak saat beliau berada dalam kandungan dan masa kandungan lebih lama dari umumnya kandungan. Suatu ketika ibunya Hasyim Asy'ari bermimpi melihat bulan jatuh dari langit ke dalam kandungannya. Nampaknya mimpi tersebut bukanlah isapan jempol dan kembang tidur belaka sebab tercatat dalam sejarah bahwa pada usia muda 13 tahun Hasyim Asy'ari sudah berani menjadi guru pengganti (badal) di pesantren untuk mengajar santri-santri yang tidak jarang lebih tua dari usianya.

Hasyim adalah anak ketiga dari sepuluh bersaudara, yaitu Nafi'ah, Ahmad Saleh, Radiah, Hassan, Anis, Fathanah, Maimunah, Maksum, Nahrawi, dan Adnan. Pada usia 15 tahun Hasyim muali mengembara guna menuntut ilmu di berbagai pesantren di Jawa maupun Madura. Mula-mula ia menjadi santri di pesantren Wonokoyo Probolinggo, pindah ke langitan Tuban, pindah ke Trenggilis Semarang. Belum puas dengan ilmu yang dikecapnya, beliau melanjutkan di pesantren Kademangan Bangkalan di bawah asuhan kyai Cholil. Tak lama di sini, beliau pindah ke pesantren Siwalan Sidoarjo pada tahun 1891. Di pesantren asuhan kyai Ya'qub nampaknya merasa benar-benar menemukan sumber Islam yang diinginkan. Kyai Ya'qub terkenal dengan kyai yang berpandangan luas dan alim dalam ilmu agama. Di pesantren Siwalan ini beliau betah selama lima tahu, dan akhirnya sang kyai kesengsem dengan santri yang cerdas nan alim ini. Sehingga selain mendapat ilmu kyai Hasyim juga mendapatkan istri dari anak kyai Ya'kub yang bernama Khadijah, pada waktu itu Hasyim berusia 21 tahun. 

Tak lama kemudian Hasyim Asy'ari bersama istri pergi ke Makkah guna menunaikan ibadah haji. Tujuh bulan di sana, Hasyim kembali ke tanah air, sesudah istri dan anaknya meninggal dunia saat berusia dua bulan. Pada tahun 1893, beliau berangkat ke Makkah dan menetap selama 7 tahun. Pada saat Hasyim Asy'ari tinggal di Makkah, beliau berguru pada tokoh-tokoh ternama. Yaitu Syaikh Mahfudz Termas, Syaikh Mahmud Khatib Minangkabawy, Syaikh Syatha, Imam Nawawi Bantany, Syaikh Dagistany, Syaikh Allamah Abdul Hamid al-Darustany, Syaikh Muhammad Syu'aib al-Magriby, Syaikh Ahmad Amin al-Athar, Syaikh Sayyid Yamani, Sayyib sulthan Ibn Hasyim, Sayyid Ahmad Ibn Hassan al-Athar, Sayyid Alawi ibn Ahmad Saqqaf, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid 'Abd Allah Az-Zawawi, Sayyid Husain al-Habsy, dan Syaikh Shaleh Bafadhal. Selama mengajar di Makkah, Syaikh Hasyim juga memiliki sejumlah murid antara lain Syaikh Sa'dullah Al-maimani (mufti India), Syaikh Umar Hamdan ( ahli hadits Makkah), Syihab Ahmad ibn Abdullah (Suriah), KH. Wahab Hasbullah ( Jomabang), KHR Asnawi ( Kudus), K.H Ahmad Dahlan (Kudus), KH. Bisri Syansuri ( Jombang), dan KH. Shaleh ( Tayu). Tahun 1899 pulang ke tanah air dan mengajar pesantren milik kakeknya, yaitu kyai Usman.

Syaikh Hasyim Asy'ari dikenal bukan saja kyai ternama, melainkan juga petani dan pedagang sukses sehingga tanahnya puluhan hektar. Dua hari dalam seminggu biasanya Syaikh Hasyim istirahat tidak mengajar, beliau gunakan ngurusi sawah-sawahnya. Terkadang juga berdagang ke Surabaya berupa besi, kuda, dan menjual hasil pertaniannya. Dari berdagang itulah beliau dapat menghidupi keluarga dan pesantrennya. Syaikh Hasyim dari perkawinan Nafiqah putri kyai Ilyas dikarunia sepuluh putra : Hannah, khoiriyah, Aisiyah, Ummu Abdul Hak (istri Kyai Idris), Abdul Wahid, Abdul Kholiq, Abdul Karim, Ubaidillah, Masruroh, dan Muhammad Yusuf. Syaikh Hasyim akhirnya meninggal dunia pada 25 Juli 1947. Atas jasa-jasanya pemerintah mengangkatnya sebagai pahlawan Nasional.

Syaikh Hasyim Asy'ari dikenal sebagai tokoh par-excellent yang mewariskan khazanah khas Indonesia. Karya-karya Syaikh Hasyim Asy'ari antara lain : at-Thibyan an-Nahy 'an Muqatha'at al-Arham wa al-Qarib wa Al-Ikhwan, Muqaddimah Qanun Asasi li Jam'iyyat NU, Mawaidz, An-Nur al-Mubin dan masih banyak karya lainnya  dengan  jumlah seluruhnya ada 15 karya. Adapun gelar Hadratussyaikh karena beliau hafal kitab hadits Kutub al-Shittah.

Telah nyata bahwa Syaikh Hasyim Asy'ari adalah ulama besar Indonesia yang telah produktif menuangkan gagasan-gagasan pemikirannya. Melalui karya-karyanya, Syaikh Hasyim Asy'ari telah mengubah paradigma pemikiran keberagaman umat Indonesia dan tidak bisa dinafikan munculnya implikasi positif dalam proses keberagaman umat yang sampai saat ini masih terasa. Semoga rahmat dan ampunan dari Allah SWT tetap tercurahkan kepadanya, sehingga berhak mendapatkan jannahNya kekal abadi selamanya dan kita tetap diakui santrinya. Aamiin...



Kalidawir, 14 Februari 2021


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menangkal Digiseksual di Era Modern

  Oleh :  Imam Agus Taufiq  Munculnya Revolusi Industri pada tahun 1784 menuntut manusia untuk menciptakan berbagai hal yang mampu meringankan pekerjaan. Waktu silih berganti, seiring berjalannya jarum jam , revolusi industri terus mengalami perkembangan, bahkan saat ini   sampai pada revolusi industri 4.0. Realita   ini sangat menguntungkan bagi manusia   seiring   perkembangan teknologi yang semakin cepat melesat   membuat segalanya menjadi mudah. Manusia tidak perlu lagi bersusah payah dan dibuat pusing   dalam mengerjakan berbagai hal, karena semua pekerjaan telah diambil alih oleh teknologi. Revolusi Industri 4.0   memberikan banyak terobosan dalam teknologi di antaranya, komputer, gagdet , robot pintar, robotika, kecerdasan buatan atau AI ( Arificial Intelligence ), internet, kendaraan, dan lain sebagainya . Keterlibatan teknologi dalam kehidupan sehari-hari menyebabkan manusia menjadi ketergantungan, di sisi lain teknologi juga memberikan pengaruh yang   besar dalam kehid

Usaha Berbuat Positif

Oleh: Imam Agus Taufiq Takwa yang biasa terdengar di telinga kita adalah usaha untuk selalu melaksanakan perintah Allah swt dan Rasulullah saw. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt dalam surat Al Taghabun ayat 12 yang berbunyi: واطيعوا الله واطيعوا الرسول، فإن توليتم فإنما على رسولنا البلاغ المبين. "Bertakwalah kamu sekalian kepada Allah swt dan Rasulallah, jika engkau berpaling maka sesungguhnya kewajiaban utusan hanya menyampaikan amanat Allah dengan jelas". Ayat tersebut menjelaskan kepada kita untuk selalu taat kepada Allah swt dan Rasulullah. Arti takwa di sini menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dari sabab musabab takwa inilah sumbernya keberuntungan dunia dan akhirat. Pekerjaan taat kepada Allah dan Rasulullah bisa dilakukan kapan pun dan dimana pun. Apalagi di hari yang banyak kebaikannya yaitu hari Jumat. Harus kita ketahui bahwa Allah swt menjadikan hari Jumat, sebaik-baiknya hari bagi umat Islam. Salah satunya hari yang mulia yang disabdakan

Usaha Membangun Mood Menulis

  Oleh:  Imam Agus Taufiq Mengapa tidak menulis? Mengapa lama tidak menulis? Kiranya dua pertanyaan ini jika diajukan umumnya akan dijawab serupa, belum ada mood menulis. Solusi yang dilakukan adalah bagaimana membangun atau menciptakan mood menulis. Untuk menciptakan hal ini penting untuk menghadirkan atmosfer yang cocok untuk menulis.  Setiap penulis memiliki kebiasaan berbeda saat menulis. Misalnya seorang tokoh pahlawan nasional yang sudah banyak menelurkan banyak karya yaitu Tan Malaka di antaranya yang opus Magnum adalah Madilog (Materialisme, Dialektika, dan Logika). Tan Malaka menulis buku-bukunya dengan cara memanfaatkan jembatan keledai untuk mengingat apa yang kemudian ditulis.  Ketika masa kolonialisme Belanda, Tan Malaka menjadi pelarian bukan hanya pemerintah kolonial Belanda, namun juga pemerintah kolonial Inggris yang menguasai Malaya dan Singapura serta pemerintah Amerika Serikat yang menguasai Filipina. Dalam posisi dikejar-kejar inteljen pemerintahan kolonial tersebu