Langsung ke konten utama

Last Minuter

 Imam Agus Taufiq 



"Kebiasaan menunda pekerjaan hingga engkau mempunyai waktu longgar untuk mengerjakannya adalah bagian dari kotoran jiwa"

---Syaikh Ibnu 'Athaillah---



Entah mengapa yang namanya penyakit menunda pekerjaan itu menggrogoti jiwa. Saya yakin semua orang pasti menderita dan saya juga mengalaminya. Dan yang menarik ialah kita sering mengalami kegembiraan saat melakukan suatu pekerjaan, manakala pekerjaan bagi kita belum merupakan  suatu keharusan.

Ketika pekerjaan sudah menjadi suatu keharusan, menjadi kewajiban yang harus kita selesaikan dengan target tertentu, tiba-tiba kita merasa ada beban yang membuat kita menunda-nunda. Ada apa ini?

Akibat yang ditimbulkan dari menunda-nunda suatu pekerjaan adalah biasanya kita terpaksa mengerjakaannya pada menit-menit terakhir menjelang dead linenya. Akhirnya kita terbiasa  dan mendapat julukan "last minuter", orang yang gemar menyerahkan pekerjaan pada menit terakhir. Berbeda dengan pemain sepak bola kalau mencetak atau menambah pundi-pundi goal pada menit terakhir itu sebuah keberuntungan dan kegembiraan, kemenangan. Tetapi karena kita mengerjakan sesuatu pada menit-menit akhir yang terjadi adalah musibah. Dan yang pasti hasilnya tidak maksimal. 

Ada nasihat khusus yang diberikan Syaikh Ibnu Ajabah untuk mengatasi yang namanya penyakit menunda-nunda pekerjaan. Yaitu dengan menyadari ketakterdugaan yang biasa hinggap ke umur kita. Saat kita menunda sebuah kewajiban untuk beribadah pada Allah SWT, adakah jaminan umur kita akan panjang untuk bisa melaksanakannya pada waktu yang sudah kita rencanakan? Jangan-jangan ajal datang menjemput kita secara tak terduga.

Dengan menyadari ketakterdugaan dalam hidup ini kita mungkin sedikit lebih ringan untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban kita kepada Allah SWT dengan segera tanpa tunda. Taruhlah kita memiliki umur cukup, tetapi tak ada jaminan bahwa pada saat kita hendak melaksanakan kewajiban pada waktu tertentu di masa datang, kita tak memiliki kesibukan pada waktu itu. 

Alhasil, sebagai orang beriman pandanglah waktu sekarang adalah sebagai waktu yang sangat berharga. Dari itu jangan biarkan waktu berlalu tanpa kita isi dengan pekerjaan yang semestinya kita selesaikan sekarang juga. Jika ada tekanan mental karena adanya suatu kewajiban tertentu, tak ada cara lain lebih ampuh dari pada menyegerakan pekerjaan itu. Karena, jika kita segera menyelesaikan pekerjaan yang menjadi sebuah kewajiban otomatis kita akan merasakan "kepuasan mental" alias plong! Dan rupanya ini adalah metode yang cespleng untuk mengatasi penyakit mental. Maka harus melatih diri pelan-pelan, dan membangun kebiasaan baru, membiasakan mengerjakan tugas dengan segera. 


Kalidawir, 16 Februari 2021.

 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menangkal Digiseksual di Era Modern

  Oleh :  Imam Agus Taufiq  Munculnya Revolusi Industri pada tahun 1784 menuntut manusia untuk menciptakan berbagai hal yang mampu meringankan pekerjaan. Waktu silih berganti, seiring berjalannya jarum jam , revolusi industri terus mengalami perkembangan, bahkan saat ini   sampai pada revolusi industri 4.0. Realita   ini sangat menguntungkan bagi manusia   seiring   perkembangan teknologi yang semakin cepat melesat   membuat segalanya menjadi mudah. Manusia tidak perlu lagi bersusah payah dan dibuat pusing   dalam mengerjakan berbagai hal, karena semua pekerjaan telah diambil alih oleh teknologi. Revolusi Industri 4.0   memberikan banyak terobosan dalam teknologi di antaranya, komputer, gagdet , robot pintar, robotika, kecerdasan buatan atau AI ( Arificial Intelligence ), internet, kendaraan, dan lain sebagainya . Keterlibatan teknologi dalam kehidupan sehari-hari menyebabkan manusia menjadi ketergantungan, di sisi lain teknologi juga memberikan pengaruh yang   besar dalam kehid

Usaha Berbuat Positif

Oleh: Imam Agus Taufiq Takwa yang biasa terdengar di telinga kita adalah usaha untuk selalu melaksanakan perintah Allah swt dan Rasulullah saw. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt dalam surat Al Taghabun ayat 12 yang berbunyi: واطيعوا الله واطيعوا الرسول، فإن توليتم فإنما على رسولنا البلاغ المبين. "Bertakwalah kamu sekalian kepada Allah swt dan Rasulallah, jika engkau berpaling maka sesungguhnya kewajiaban utusan hanya menyampaikan amanat Allah dengan jelas". Ayat tersebut menjelaskan kepada kita untuk selalu taat kepada Allah swt dan Rasulullah. Arti takwa di sini menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dari sabab musabab takwa inilah sumbernya keberuntungan dunia dan akhirat. Pekerjaan taat kepada Allah dan Rasulullah bisa dilakukan kapan pun dan dimana pun. Apalagi di hari yang banyak kebaikannya yaitu hari Jumat. Harus kita ketahui bahwa Allah swt menjadikan hari Jumat, sebaik-baiknya hari bagi umat Islam. Salah satunya hari yang mulia yang disabdakan

Usaha Membangun Mood Menulis

  Oleh:  Imam Agus Taufiq Mengapa tidak menulis? Mengapa lama tidak menulis? Kiranya dua pertanyaan ini jika diajukan umumnya akan dijawab serupa, belum ada mood menulis. Solusi yang dilakukan adalah bagaimana membangun atau menciptakan mood menulis. Untuk menciptakan hal ini penting untuk menghadirkan atmosfer yang cocok untuk menulis.  Setiap penulis memiliki kebiasaan berbeda saat menulis. Misalnya seorang tokoh pahlawan nasional yang sudah banyak menelurkan banyak karya yaitu Tan Malaka di antaranya yang opus Magnum adalah Madilog (Materialisme, Dialektika, dan Logika). Tan Malaka menulis buku-bukunya dengan cara memanfaatkan jembatan keledai untuk mengingat apa yang kemudian ditulis.  Ketika masa kolonialisme Belanda, Tan Malaka menjadi pelarian bukan hanya pemerintah kolonial Belanda, namun juga pemerintah kolonial Inggris yang menguasai Malaya dan Singapura serta pemerintah Amerika Serikat yang menguasai Filipina. Dalam posisi dikejar-kejar inteljen pemerintahan kolonial tersebu