Oleh : Imam Agus Taufiq
Bagi sebagian orang membaca adalah menyuburkan lahan kering pemikiran. Membaca difungsikan sebagai nutrisi jiwa yang memberikan vitamin dan mineral bagi pemikiran sehingga terus terbarukan.
Orang yang suka membaca sering diasosiakan sebagai kutu buku, asosiasi ini penting menurut saya sebagai doa yang tak hanya sekedar label tetapi stempel yang menyebabkan seseorang tergugah dan konsisten untuk terus membaca.
Tak ada satu pun orang di muka bumi ini yang rajin membaca, justru miskin. Tetapi mereka yang dulu dicap bahkan distempel kutu buku justru mereka adalah orang-orang yang hari ini berhasil.
Tengok saja tanpa jauh-jauh, beliau sang motivator, inspirator kelahiran Tulungagung beliau adalah Dr. Ngainun Naim yang tak pernah kendor memberikan dorongan semangat dalam dunia literasi dalam kesehariannya tak lepas dari yang namanya membaca. Beliau sangat produktif dan dapat menelurkan sebuah karya tak lepas dari yang namanya membaca. Di balik kecerdasan dan keberhasilanya itu, Dr. Ngainun Naim tentu memulainya dengan jalan membaca.
Membaca haruslah bertujuan. Sama halnya ketika kita melakukan aktivitas lainnya. Tujuan inilah yang mengarahkan kita untuk melakukan aktivitas membaca. Tujuan harus jelas. Sejelas seperti Ir. Soekarno memimpikan Indonesia merdeka, atau sejelas Ki Hadjar Dewantara mempelopori pendidikan bagi kaum pribumi.
Kalidawir, 20 Januari 2021
Komentar
Posting Komentar