Imam Agus Taufiq
Ulama adalah penerus estafet perjuangan Nabi dan Rasul dan mewarisi perjuangan dalam menyebarkan ajaran Islam yang rahmatan lil-'alamiin. Ketika berbicara ulama kalau melihat dari bentuk bahasa arabnya, tidak ada padanan mu'annats atau perempuannya. Istilah ulama bisa mengacu kepada ulama laki-laki atau perempuan tanpa harus menambahkan kata laki-laki atau perempuan di belakangnya.
Ada perdebatan dalam penambahan kata perempuan di belakang kata ulama. Menurut Azyumardi Azra penambahan istilah perempuan menjadikan gender bias. Sedangkan Husein Muhammad berpendapat bahwa, sebutan ulama dalam komunitas muslim hanya ditunjukkan kepada kaum laki-laki dan tidak perempuan. Untuk perempuan, bisa dikategorisasikan ulama harus ditambahakan perempuan menjadi ulama perempuan atau perempuan ulama.
Sebenarnya inti perdebatan terletak pada sundut pandang saja. Azyumardi Azra memahami ulama dari gramatikal bahasa arab, sedangkan Husein Muhammad dari persepektif sosiologis atau penggunaan dalam masyarakat sehari-hari. Atau bisa dikatakan Azra memahami secara idealis sedangkan Muhammad memahaminya aecara realistik.
Ulama perempuan merupakan istilah khas, karena lahir ketika pandangan hanya tertuju dan hanya mengakui keulamaan laki-laki saja. Padahal perempuan juga mampu dalam penguasaan ilmu, integritas moral, dan ketakwaan kepada Allah SWT, dan peran sosial di mata masyarakat. Dan juga istilah ulama perempuan muncul karena untuk membatantahkan terhadap gerakan dan wacana keagamaan yang memojokkan perempuan.
Di samping itu, penggunaan istilah ulama perempuan lebih dipilih dari pada bu Nyai karena ada usaha menunjukkan jati diri religius intelektualnya. Istilah bu Nyai cenderung hanya istri kia baik rajin ibadah atau kurang rajin, memiliki kedalaman ilmu agama atau kedangkalan.
Maka ulama perempuan memiliki kualifikasi kedalaman pengetahuan Islam dan kebaikan amal perbuatannya dengan melalui proses panjang dalam bertholabul ilmi di pesantren atau berguru kepada kia secara intens yang sanad ilmunya muttashil. Dan istilah bu Nyai hanyalah terbangun dari sebuah tradisi yang melekat karena status sosial suaminya sebagai kiai, meski kadang ada di antara mereka yang memiliki kualifikasi ulama.
Tulungagung, 20 Februari 2022.
Menarik dan mantap pak ✨
BalasHapusTerima kasih mbak Nayla...
BalasHapus