Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2020

Ketika Aku Ingin Menjadi

Oleh : Imam Agus Taufiq Anak adalah anugerah yang telah diberikan Allah kepada kita yang harus kita rawat dan didik dengan sebaik-baiknya. Anak juga merupakan titipan Allah yang harus dijaga dan dipersiapkan menjadi generasi penerus perjuangan kita. Teringat waktu dulu pernah nyantri ketika belajar ilmu tata bahasa arab bab Idhafah, ada sebuah nadham yang bisa diartikan bahwa anak adalah pengganti  dari segi kedudukan ketika orang tuanya sudah meninggal yang berbunyi : ومايلى المضاف ياءتى خلفا # عنه فى الاعراب اذاماخذف Sebagian besar orang tua sekarang ini merasa bahwa anak adalah kepunyaannya dan mereka punya kuasa penuh atas segala hal begitu juga berhak menjadikan anaknya seperti kemauannya. Realitas kehidupan yang sering kita jumpai, orang tua saling berlomba-lomba mengikutkan anaknya diberbagai macam kursus: kursus piano, melukis, menari, sepak bola dan lainnya. Apalagi di tengah kompetisi yang ditawarkan media masa dewasa ini, banyak orang tua berlomba-lomba mengikutkan anaknya d

Idul Qurban Sudah Dekat

Oleh : Imam Agus Taufiq   Sebentar lagi umat Islam penjuru dunia akan merayakan hari raya Qurban atau Idul Adha yang jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah 1441 H atau 31 Juli 2020 M. Namun, Idul Qurban tahun ini sangat berbeda dengan tahun sebelumnya. Sebab tahun ini seluruh umat Islam yang ada di dunia lagi ditimpa musibah Pandemi Covid-19 atau kita kenal dengan virus Corona. Sehingga umat Islam seluruh dunia mestinya bisa menunaikan ibadah haji, harus ditunda tahun depan tak lain tujuannya adalah untuk memutus rantai penyebaran virus Corona. Hal ini sesuai kaidah “Dar’ul mafaasid muqaddamun ‘ala jalbil mashalikh” menolak kerusakan lebih utama dari pada mendatangkan kebaikan. Kendati demikian, tak menghalangi umat Islam untuk menunaikan Qurban. Qurban sendiri adalah nama binatang ternak yang disembelih pada hari raya Qurban dan hari Tasyriq (tanggal 11, 12, 13 bulan Dzulhijjah) dengan tujuan mendekatkan diri pada Allah SWT. Hukum melaksanakan Qurban adalah sunnah muakad. Sehingga ke

Membangun Tradisi Menulis

Oleh: Imam Agus Taufiq Hari ini Selasa, 28 Juli 2020 sahabat pena kita (SPK) Tulungagung mengadakan acara Launching dan diskusi membangun tradisi menulis menghadirkan narasumber Dr. M. Arfan Mu'amar, M. Pd. I selaku ketua sahabat pena kita pusat dan sekaligus dosen Universitas Muhammadiyah Surabaya. Acara ini dibuka tepat pukul 10.00 oleh sahabat Fahrudin sebagai anggota SPK pusat dan SPK cabang Tulungagung sekaligus dosen IAIN Tulungagung. Kemudian dilanjutkan sambutan penasehat SPK pusat dan SPK cabang oleh Dr. Ngainun Naim juga ketua LP2M IAIN Tulungagung. Dalam pengantarnya beliau mengatakan bahwa hadirnya SPK Tulungagung berawal dari group Wa Pascasarjana setahun lalu berkat didikan beliau akhirnya mengalami dinamika yang luar biasa. Dan syarat utama bisa ikut harus punya blog pribadi, kemudian menjadwal harus mengupload tulisan di blog baik tulisan wajib atau sunnah satu minggu sekali berdasarkan pilihan hari masing-masing. Kedua adanya format zoom semacam ini merupakan

Menakar Kadar Penuntut Ilmu

                                                             Oleh : Imam Agus Taufiq  Menuntut ilmu adalah kewajiban muslim dan muslimat seluruh penjuru dunia. Dan perintah ini tidak bisa ditawar atau disepelekan, bahkan kewajiban menuntut ilmu sudah jelas diterangkan dalam hadits Nabi bahwa tuntutlah ilmu mulai dari ayunan hingga liang kubur " Minal mahdi ila al-lahdi" atau konsep long life education. Tetapi kesempatan ini tidak digunakan semaksimal mungkin, justru ada yang menjalankan tetapi ala kadar cuma menggugurkan kewajiban saja. Belum lagi melihat realitas saat ini nampaknya kewajiban mencari ilmu, putus sudah ketika tergerus arus hedonisme kesenangan sesaat yang serba instant berdasarkan kepuasan hawa nafsu semata. Tampaknya mereka rela meninggalkan kewajiban ini, atau mau menjalankan tetapi tidak mau menanggung jerih payah atau derita dalam mencari ilmu. Mereka ibarat mudah membalikkan telapak tangan ala ajian bin salabin abah kedabrah ( tidak tahu menahu proses , y

Menutup Pintu Perbuatan Setan

"Bersungguh-sungguhlah pada hal yang bermanfaat bagimu, dan mintalah pertolongan pada Allah SWT serta jangan merasa lemah. Bila kamu ditimpa sesuatu, janganlah kamu mengatakan seandainya (tempo hari) aku melakukan ini, niscaya begini dan begini, Katakanlah, Allah telah menakdirkan dan apa yang Allah kehendaki, maka itu terjadi. Sesungguhnya kata seandainya akan membuka perbuatan setan." ( HR. Muslim). Oleh : Imam Agus Taufiq  Kita sebagai manusia harus sadar apa yang kita lakukan di masa lalu. Untuk itu ambilah pelajaran dari masa lalu, sesalilah, tangisilah kebodohan-kebodohan dan kedurhakaan yang pernah kita lakukan di masa silam  sebagai bentuk penyesalan dan pertanggung jawaban kepada Allah SWT. Dan dengan tangisan itu sebagai bentuk penggerak untuk menuju iman yang lebih bersih, ibadah yang lebih khusuk dan amal yang lebih baik. Bukan justru untuk membuat kita terkungkung di dalamnya. Perbuatan menyibukkan diri dengan berandai-andai justru akan menjadikan jiwa kita rapuh

Optimislah Berkarya

Oleh : Imam Agus Tufiq Manusia adalah makluk yang paling sempurna di antara makluk yang diciptakan Allah SWT di muka bumi ini. Selain itu manusia juga     sebagai kholifah di muka  bumi.  Sesuai yang ada di kitab suci al-Qur’an bahwa manusia adalah mahkluk yang   diciptakan Allah SWT paling sempurna dibandingkan dengan makluk lainnya. Berbeda dengan makluk lainnya yang diciptakan Allah SWT, manusia memiliki apa yang tidak dimiliki oleh makluk lain. Manusia adalah makluk yang berucap, dan makluk yang mempunyai kemampuan berpikir. Manusia dan hewan sama-sama memiliki otak, tetapi otak yang dimiliki manusia dapat digunakan berpikir sabaik-baiknya, sedangkan hewan otaknya tidak digunakan sebagaimana mestinya, manusia dapat berbahasa yang dapat saling dimengerti. Maka sebutan manusia sebagai makluk sempurna sudah layak dan semestinya harus   kita rawat dan  lestarikan.   Ada suatu kisah pada zaman dahulu, semua hewan memakai suara seperti manusia. Tujuannya tidak lain adalah sebagai p

Pengorbanan Mendapatkan Mabk Alfiyah

Tahun 2005 adalah tahun di mana aku harus memilih antara melanjutkan kuliah atau cari kerja. Rencana awal mau kuliah tetapi biaya tidak memungkinkan, cari kerja nanti endingnya jadi kuli batu. Setelah dapat masukan saran sang ibu akhirnya aku bertekad bulat untuk melanjutkan non formal di ponpes salafiyah syafi'iyah yang terletak di desa Wonokromo Kecamatan Gondang Tulungagung.  Perjalanan panjang harus aku lalui untuk persiapan masuk ponpes salafiyah Syafi'iyah Wonokromo tepatnya kelas 3 Tsanawiyah atau kelas Alfiyah Ibn Malik yang terkenal dengan sebutan 1000 nadham.  Pertama aku harus menghafalkan nadhom Alfiyah Ibn Malik karena syarat masuk kelas ini minimal harus hafal 400 nadhom sebagai setoran wajib. Usaha sekuat tenaga aku lakukan demi mengejar target ini dan dengan semangat empat lima setiap pergi ke mana-mana pasti dalam saku ada nadham Alfiyah Ibn Malik. Biasaya mencari tempat sepi jauh dari keramaian untuk menghafalkan nadham ini.  Syarat kedua adalah harus menulis

Di Balik Hizib Hirzul Jausyan

  Oleh : Imam Agus Taufiq     Jum’at Kliwon 05 April 2019 M atau 29 Rajab 1440 H sehabis sholat Jum’at saya berangkat ke pondok Hidayatut Thulab desa Kamulan kecamatan Durenan kabupaten Tulungagung untuk mengikuti ijazahan hizib Hirzul Jausyan yang dipimpim langsung oleh romo kyai Anwar Mansur dari ponpes Lirboyo Kediri sekaligus Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur. Ijazahan kali ini diikuti santri dari berbagai daerah yang ada di Tulungagung dan Trenggalek. Acara ini dibuka oleh pengurus pondok kemudian sambutan pengasuh dilanjutkan acara inti yaitu ijazahan Hirzul Jausyan oleh romo kyai Anwar Mansur dari ponpes   Lirboyo Kediri berjalan lancar dengan penuh khidmat. Berbicara tentang hizib Hirzul Jausyan terasa yang kurang   lengkap kalau tidak tahu arti , kandungan, dan faedah yang ada di kitab Hirzul Jausyan. Di terjemahkan dari syarah al-Jausyan. Syeikh Mahrus ‘Ali (1907-1985) dalam pengantarnya berkata : “Saya telah diberi ijazah dari waliyullah al-‘Arif Syeikh Musthofa di mas

Skala Prioritas Amar Ma’ruf Nahi Mungkar

“Prinsip Idfa’ bil-lati hiya ahsan berupa Islam yang merangkul bukan memukul, mengajak bukan mengejek, mencari kawan bukan mencari lawan, dan memikat bukan menghujat” (KH. Sholeh Bahruddin pengasuh pondok pesantren Ngalah Pasuruan) Oleh : Imam Agus Taufiq   Islam adalah agama yang menyeru kepada pemeluknya untuk selalu taat terhadap perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Salah satu bukti bahwa agama Islam menyeru pemeluknya untuk taat dan patuh yaitu diperintahkan untuk beramar ma’ruf nahi mungkar. Amar ma’ruf nahi mungkar sendiri adalah elemen penting dalam menegakkan ajaran Islam.   Selain sebagai penyeimbang dalam kehidupan beragama, amar ma’ruf nahi mungkar juga sebagai bentuk dakwah.   Sudah maklum bahwa kehidupan beragama akan dianggap mempunyai nilai kualitas manakala diiringi ketaatan menjalankan perintah dan larangan Allah SWT yang biasanya disebut taqwa.   Hal ini bisa terwujud dengan maksimal melalui adanya kontrol sekaligus pengawasan dari amar ma’ruf n

Ikhtiar Santri di Musim Pandemi

“Kepanikan adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah permulaan kesembuhan…” (Ibnu Sina) Oleh : Imam Agus Taufiq Musim Pandemi yang berkepanjangan sedang melanda negri ini tak kunjung pergi. Akibatnya berimbas pada aktivitas santri, sehingga gerak- gerik perilaku harus dibatasi dari kegiatan mengaji. Bahkan meraka harus dipulangkan secara paksa pada masa Pandemi ini, kecuali bagi santri yang lokasinya   zona merah   harus bertahan di pondok demi keselamatannya dari penularan virus  Covid-19.   Tenyata santri mempunyai andil besar dalam membangun negri. Selain mempunyai jiwa religius, santri juga mempunyai jiwa nasionalis. Mengenai sejarah dan asal- usul kata “santri” ternyata ada beberapa versi. Salah satunya menyakini bahwa istilah santri berasal dari bahasa Sansekerta. Benarkah ?     Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “santri” setidaknya mengandung dua makna. Arti pertama adalah orang yang mendalami agama Islam, dan pemakn

UP GRADE SISTEM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN

Oleh : Imam Agus Taufiq    Pagi itu aku menatap keluar rumah   melihat langit cerah dan udara segar, tetapi mataku kelihatan sayup-sayup dan badan lesu akibat   kurang tidur   semalam.   Ketika jarum jam menunjukkan pukul 08.30 aku langsung bergegas menuju kursi tamu sambil ditemani secangkir kopi untuk mengikuti webinar yang dihelat LP Maarif NU cabang Tulungagung bertajuk ” Penguatan Metode An-Nahdliyah Bagi Pendidik   di Lembaga Pendidikan Al-Qur’an Pada Era New Normal “ yang diikuti kurang lebih 500 peserta dari berbagai daerah yang ada di Jawa Timur bahkan luar Jawa dan luar negeri.     Dalam acara webinar ini dipandu oleh Suminto, M.Pd. I selaku kordinator PGTPQ kabupaten Tulungagung dan juga sebagai dosen IAIN Tulungagung. Selanjutnya sambutan ketua PCNU kabupaten Tulungagung. Dalam sambutannya KH. Hakim Mustofa pertama, mengucapkan terima kasih kepada bapak atau ibu yang berkenan ikut dalam webinar yang diselenggarakan LP Maarif NU cabang   walaupun diselenggarakan lew

Tiada Keberhasilan Tanpa Pengorbanan

Oleh : Imam Agus Taufiq     Kewajiban belajar telah ditegaskan dalam Islam bagi umat manusia adalah sepanjang hayat ( long life education ). Tidak mengenal usia baik disitu usia muda atau tua, mulai manusia lahir sampai manusia dikebumikan.   Ada banyak hadits menyebutkan keawajiban untuk belajar, diantaranya adalah konsep   “Minnal Mahdi ilaa al-ahdi” dari ayunan sampai liang kubur. Tetapi fenomena yang ada di masyarakat kebanyakan mereka lalai dengan adanya kewajiban menuntut ilmu atau belajar . Faktor yang membuat manusia lalai akan kewajiban belajar adakalnya malas atau mungkin ada faktor lain. Mereka terjebak dengan gemerlap dunia dan kesenangan sesaat lupa akan kehidupan yang abadi. Mereka lupa bahwa setelah kehidupan dunia ini ada kehidupan yang lebih abadi dan membutuhkan banyak bekal amal guna keselamatan bagi dirinya. Dalam hal ini, kebutuhan akan bekal amal untuk kehidupan yang abadi manusia harus mencarinya sendiri dan tidak bisa diwakilkan. Manusia tidak boleh m

Agama Sebagai Obat Kegelisahan Hati Masa Pandemi

Oleh : Imam Agus Taufiq  Dampak perkembangan teknologi dan semakin cepatnya informasi di zaman now membuat manusia mengalami dislokasi, yaitu banyak manusia tidak tahu posisinya dalam tatanan kehidupan  masyarakat. Lebih-lebih dalam situasi sekarang ini bangsa kita  lagi dilanda Pandemi Covid-19. Karena iman yang dangkal banyak manusia mengalami kebimbangan dan kebingungan hidup dalam dataran masyarakat. Akhirnya mereka mengambil jalan pintas serba instan sebagai pelarian dalam persoalan diri, keluarga dan masyarakat.  Ketika manusia tidak memiliki pegangan iman yang kuat dalam menghadapi kebingungan dan kebimbangan hidup, pasti mereka lari dari kenyataan dan beralih pada kesenangan materi. Entah mereka peroleh dari jalan yang yang tidak benar. Memanfaatkan situasi Pandemi ini mereka menghalalkan segala cara yang penting ia dapat memperoleh kesenangan materi. Mereka rela melakukan perilaku menyimpang yang jelas dilarang oleh agama.  Sesungguhnya pelarian mereka ke perilaku menyimpang a

Sempatmu Sebelum Sempitmu

  Agama mengajarkan kepada seluruh pemeluknya untuk berbuat baik dengan norma-norma dan etika. Saya rasa mustahil kalau ada sebuah agama mengajarkan kepada pemeluknya untuk berbuat jelek atau perilaku menyimpang. Sudah selayaknya orang yang beragama hidup dengan damai saling berdampingan antara satu orang dengan lainnya dan tidak kacau.   Tetapi dengan kedamaian ini terkadang mereka lupa atas kesempatan yang diberikan oleh Tuhanya. Mereka beranggapan bahwa kehidupan ini abadi. Padahal kehidupan dunia ini hanya sementra. Oraang Jawa mengatakan “Wong urip iku mung mampir ngombe” dapat diartikan orang hidup hanyalah istirahat sejenak untuk minum. Makna ungkapan “Wong urip itu mung mampir ngombe” mengacu kepada alam madya, yaitu kehidupan setelah manusia dilahirkan di dunia.   Dalam Islam banyak cara untuk memberdayakan   seseorang untuk mengunakan kesemptatan. Menurut saya yang paling mudah adalah dengan berkata baik. Mengapa saya mengatakan seperti itu ? sebab dengan berkata