Agama
mengajarkan kepada seluruh pemeluknya untuk berbuat baik dengan norma-norma dan
etika. Saya rasa mustahil kalau ada sebuah agama mengajarkan kepada pemeluknya
untuk berbuat jelek atau perilaku menyimpang. Sudah selayaknya orang yang
beragama hidup dengan damai saling berdampingan antara satu orang dengan
lainnya dan tidak kacau.
Tetapi dengan
kedamaian ini terkadang mereka lupa atas kesempatan yang diberikan oleh
Tuhanya. Mereka beranggapan bahwa kehidupan ini abadi. Padahal kehidupan dunia
ini hanya sementra. Oraang Jawa mengatakan “Wong urip iku mung mampir ngombe”
dapat diartikan orang hidup hanyalah istirahat sejenak untuk minum. Makna
ungkapan “Wong urip itu mung mampir ngombe” mengacu kepada alam madya, yaitu
kehidupan setelah manusia dilahirkan di dunia.
Dalam Islam
banyak cara untuk memberdayakan
seseorang untuk mengunakan kesemptatan. Menurut saya yang paling mudah
adalah dengan berkata baik. Mengapa saya mengatakan seperti itu ? sebab dengan
berkata baik, kita tidak butuh menggunakan banyak biaya. Selama kita masih
diberikan kesehatan bisa bernafas untuk menghirup udara segar , tetapi tinggal kita mau atau tidak.
Al-Qur’an
sebagai kitab suci dan pedoman hidup umat Islam memberikan perumpamaan bahwa
berkata baik itu lebih baik dari pada shodaqoh yang diungkit-ungkit. Kalau
memang mau menggunakan kesempatan ini maka termasuk umat yang bersyukur, sebaliknya jika
tidak memanfaatkan kesempatan berarti termasuk katagori kufur nikmat.
Padahal Allah
SWT memberikan janji tunai bagi mereka yang mau bersyukur, otomatis akan menambahnya. Sebaliknya bagi mereka yang
kufur nikmat Allah SWT akan memberikan siksa yang amat pedih. Hal ini sesuai
firman Allah SWT dalam surat Ibrahim
ayat 9 yang berbunyi: “La’in syakartum la’azidannakum wa
la’inkafartum inna ‘adzaabii la syadiid”.
Kesempatan akan
datang sekali dan tidak mungkin dua kali, untuk itu ketika kita diberikan
kesehatan manfaatkanlah moment ini. Tetapi kadang manusia ketika diberi kesehatan justru
berbuat seenaknya yang tiada guna dan faedahnya. Alangkah murah pemberian Allah
SWT yang harus kita syukuri, coba bayangkan apabila dalam sedetik dalam bernafas dibandrol senilai 100 ribu berapa banyak harus merogoh gocek yang harus dibayar.
Untuk itu
marilah kita berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan tanpa menunda-nunda. Kalau
tidak mulai sekarang harus kapan lagi, mumpung kesempatan ini belum pergi. Dan
apabila pergi tak mungkin untuk bisa kembali. Semoga kita termasuk hamba yang
pandai menggunakan kesempatan sebelum kesempitan datang. Semoga hidayah Allah
SWT terus mengalir kepada kita sampai akhir hayat sehingga dimudahkan untuk
menunaikan segala perintah dan larangan-Nya. Aamiin...
Kalidawir, 09 Juli 2020. Oleh Imam Agus Taufiq
Hadir ndan.,
BalasHapusWeh...ini q harus berguru...
BalasHapusWeh...ini q harus berguru...
BalasHapus