Langsung ke konten utama

Sempatmu Sebelum Sempitmu






 

Agama mengajarkan kepada seluruh pemeluknya untuk berbuat baik dengan norma-norma dan etika. Saya rasa mustahil kalau ada sebuah agama mengajarkan kepada pemeluknya untuk berbuat jelek atau perilaku menyimpang. Sudah selayaknya orang yang beragama hidup dengan damai saling berdampingan antara satu orang dengan lainnya dan tidak kacau.

 

Tetapi dengan kedamaian ini terkadang mereka lupa atas kesempatan yang diberikan oleh Tuhanya. Mereka beranggapan bahwa kehidupan ini abadi. Padahal kehidupan dunia ini hanya sementra. Oraang Jawa mengatakan “Wong urip iku mung mampir ngombe” dapat diartikan orang hidup hanyalah istirahat sejenak untuk minum. Makna ungkapan “Wong urip itu mung mampir ngombe” mengacu kepada alam madya, yaitu kehidupan setelah manusia dilahirkan di dunia.

 

Dalam Islam banyak cara untuk memberdayakan  seseorang untuk mengunakan kesemptatan. Menurut saya yang paling mudah adalah dengan berkata baik. Mengapa saya mengatakan seperti itu ? sebab dengan berkata baik, kita tidak butuh menggunakan banyak biaya. Selama kita masih diberikan kesehatan bisa bernafas untuk menghirup udara segar ,  tetapi tinggal kita mau atau tidak.

 

Al-Qur’an sebagai kitab suci dan pedoman hidup umat Islam memberikan perumpamaan bahwa berkata baik itu lebih baik dari pada shodaqoh yang diungkit-ungkit. Kalau memang mau menggunakan kesempatan ini maka termasuk umat yang  bersyukur, sebaliknya  jika  tidak memanfaatkan kesempatan berarti termasuk katagori kufur nikmat.

Padahal Allah SWT memberikan janji tunai bagi mereka yang mau bersyukur, otomatis  akan menambahnya. Sebaliknya bagi mereka yang kufur nikmat Allah SWT akan memberikan siksa yang amat pedih. Hal ini sesuai firman Allah SWT  dalam surat Ibrahim ayat 9 yang berbunyi: “La’in syakartum la’azidannakum wa la’inkafartum inna ‘adzaabii la syadiid”.

 

Kesempatan akan datang sekali dan tidak mungkin dua kali, untuk itu ketika kita diberikan kesehatan manfaatkanlah moment ini. Tetapi kadang  manusia ketika diberi kesehatan justru berbuat seenaknya yang tiada guna dan faedahnya. Alangkah murah pemberian Allah SWT yang harus kita syukuri, coba bayangkan apabila dalam sedetik dalam  bernafas dibandrol senilai 100 ribu  berapa banyak  harus merogoh gocek yang harus dibayar.

 

Untuk itu marilah kita berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan tanpa menunda-nunda. Kalau tidak mulai sekarang harus kapan lagi, mumpung kesempatan ini belum pergi. Dan apabila pergi tak mungkin untuk bisa kembali. Semoga kita termasuk hamba yang pandai menggunakan kesempatan sebelum kesempitan datang. Semoga hidayah Allah SWT terus mengalir kepada kita sampai akhir hayat sehingga dimudahkan untuk menunaikan segala perintah dan larangan-Nya. Aamiin...

 

Kalidawir, 09 Juli 2020. Oleh Imam Agus Taufiq


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menangkal Digiseksual di Era Modern

  Oleh :  Imam Agus Taufiq  Munculnya Revolusi Industri pada tahun 1784 menuntut manusia untuk menciptakan berbagai hal yang mampu meringankan pekerjaan. Waktu silih berganti, seiring berjalannya jarum jam , revolusi industri terus mengalami perkembangan, bahkan saat ini   sampai pada revolusi industri 4.0. Realita   ini sangat menguntungkan bagi manusia   seiring   perkembangan teknologi yang semakin cepat melesat   membuat segalanya menjadi mudah. Manusia tidak perlu lagi bersusah payah dan dibuat pusing   dalam mengerjakan berbagai hal, karena semua pekerjaan telah diambil alih oleh teknologi. Revolusi Industri 4.0   memberikan banyak terobosan dalam teknologi di antaranya, komputer, gagdet , robot pintar, robotika, kecerdasan buatan atau AI ( Arificial Intelligence ), internet, kendaraan, dan lain sebagainya . Keterlibatan teknologi dalam kehidupan sehari-hari menyebabkan manusia menjadi ketergantungan, di sisi lain teknologi juga memberikan pengaruh yang   besar dalam kehid

Usaha Berbuat Positif

Oleh: Imam Agus Taufiq Takwa yang biasa terdengar di telinga kita adalah usaha untuk selalu melaksanakan perintah Allah swt dan Rasulullah saw. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt dalam surat Al Taghabun ayat 12 yang berbunyi: واطيعوا الله واطيعوا الرسول، فإن توليتم فإنما على رسولنا البلاغ المبين. "Bertakwalah kamu sekalian kepada Allah swt dan Rasulallah, jika engkau berpaling maka sesungguhnya kewajiaban utusan hanya menyampaikan amanat Allah dengan jelas". Ayat tersebut menjelaskan kepada kita untuk selalu taat kepada Allah swt dan Rasulullah. Arti takwa di sini menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dari sabab musabab takwa inilah sumbernya keberuntungan dunia dan akhirat. Pekerjaan taat kepada Allah dan Rasulullah bisa dilakukan kapan pun dan dimana pun. Apalagi di hari yang banyak kebaikannya yaitu hari Jumat. Harus kita ketahui bahwa Allah swt menjadikan hari Jumat, sebaik-baiknya hari bagi umat Islam. Salah satunya hari yang mulia yang disabdakan

Usaha Membangun Mood Menulis

  Oleh:  Imam Agus Taufiq Mengapa tidak menulis? Mengapa lama tidak menulis? Kiranya dua pertanyaan ini jika diajukan umumnya akan dijawab serupa, belum ada mood menulis. Solusi yang dilakukan adalah bagaimana membangun atau menciptakan mood menulis. Untuk menciptakan hal ini penting untuk menghadirkan atmosfer yang cocok untuk menulis.  Setiap penulis memiliki kebiasaan berbeda saat menulis. Misalnya seorang tokoh pahlawan nasional yang sudah banyak menelurkan banyak karya yaitu Tan Malaka di antaranya yang opus Magnum adalah Madilog (Materialisme, Dialektika, dan Logika). Tan Malaka menulis buku-bukunya dengan cara memanfaatkan jembatan keledai untuk mengingat apa yang kemudian ditulis.  Ketika masa kolonialisme Belanda, Tan Malaka menjadi pelarian bukan hanya pemerintah kolonial Belanda, namun juga pemerintah kolonial Inggris yang menguasai Malaya dan Singapura serta pemerintah Amerika Serikat yang menguasai Filipina. Dalam posisi dikejar-kejar inteljen pemerintahan kolonial tersebu