Malam itu tepatnya hari Senin malam Selasa tanggal 29 Juni 2020 sehabis sholat Isya' saat jarum jam menunjukkan pukul 19.00 wib, aku bergegas menuju ruang tamu. Tak aku lewatkan kesempatan yang sangat berharga ini untuk mengikuti program yang dihelat Dr. Ngainun Naim dan kawan-kawan dalam acara yang bertajuk kampus desa Indonesia.
Aku beranikan hadir secara virtual dalam acara ini walaupun dalam benak pikiran ada rasa kurang percaya diri, masalahnya aku merupakan pendatang baru sedangkan yang hadir secara virtual ini memang mereka-mereka yang sudah ahli di bidang dunia literasi. Boleh dibilang mereka adalah ahlinya ahli literasi.
Acara ini tidak aku sia-siakan demi berguru di dunia literasi untuk melahap ilmu dari sang ahlinya ahli dengan bahasa yang mengalir dan renyah dari pemateri.
Seperti apa yang dipaparkan Dr. Ngainun Naim, sebenarnya semua orang itu bisa menulis tetapi mereka itu takut dan malu. Begitu juga modal seorang penulis adalah membaca, mustahil orang ingin jadi penulis malas membaca.
Selain modal membaca, Dr. Ngainun Naim memberikan 3 syarat penulis :
Pertama jalani adalah seorang penulis harus praktek langsung tanpa diwakilkan. Harus memulai dari diri sendiri, memulai dari yang mudah, dan memulai dari sekarang juga.
Kedua nikmati adalah penulis harus mencurahkan sepenuh jiwa dan raga.
Ketiga syukuri adalah tingkatan di mana penulis sudah mencapai titik puncak keberhasilan dari jerih payah setelah menjalani proses panjang. Di sisni layaknya mensyukuri demi merawat tradisi menulis.
Mari belajar menulis, masalah hasil itu urusan belakang dan yang terpenting adalah proses yang tak pernah menghianati. Aristoteles mengatakan bahwa seluruh kebiasaan lahir dari proses paksaan.
Begitu juga keajaiban akan ditemukan pada orang yang konsisten menjalani proses.
mantab
BalasHapusTerima kasih banyak...
BalasHapusBagus sekali
BalasHapusMakasih. Ibu tulisannya tak kalah juga lebih bagus...
BalasHapusSaya menyimak.
BalasHapus