Langsung ke konten utama

Agama Sebagai Obat Kegelisahan Hati Masa Pandemi


Oleh : Imam Agus Taufiq 


Dampak perkembangan teknologi dan semakin cepatnya informasi di zaman now membuat manusia mengalami dislokasi, yaitu banyak manusia tidak tahu posisinya dalam tatanan kehidupan  masyarakat. Lebih-lebih dalam situasi sekarang ini bangsa kita  lagi dilanda Pandemi Covid-19. Karena iman yang dangkal banyak manusia mengalami kebimbangan dan kebingungan hidup dalam dataran masyarakat. Akhirnya mereka mengambil jalan pintas serba instan sebagai pelarian dalam persoalan diri, keluarga dan masyarakat. 


Ketika manusia tidak memiliki pegangan iman yang kuat dalam menghadapi kebingungan dan kebimbangan hidup, pasti mereka lari dari kenyataan dan beralih pada kesenangan materi. Entah mereka peroleh dari jalan yang yang tidak benar. Memanfaatkan situasi Pandemi ini mereka menghalalkan segala cara yang penting ia dapat memperoleh kesenangan materi. Mereka rela melakukan perilaku menyimpang yang jelas dilarang oleh agama. 


Sesungguhnya pelarian mereka ke perilaku menyimpang akibat terkena dampak virus Corona yaitu terhimpit urusan kebutuhan ekonomi , hal ini tidak akan menjanjikan kedamaian. Bahkan perilaku ini  merupakan kesenangan yang bersifat menggoda dan sementara ibarat fatamorgana. 


Mengutip apa yang dikatakan oleh prof. Zakiah Darajat bahwa kesehatan mental yang terganggu dapat mempengaruhi keseluruhan hidup seseorang. Dan mental seseorang yang kurang sehat akan berpengaruh pada perasaan, pikiran/ kecerdasan, kelakuan, kesehatan badan. bahkan beliau selanjutnya mengatakan bahwa kesehatan mental yang terganggu mendorong seseorang untuk cenderung berbuat hal-hal yang tidak baik, seperti mengganggu ketenangan, dan hak orang lain, mencuri, menyakiti atau menyiksa orang lain, fitnah dan lain sebagainya. 


Apabila kita telusuri secara subtansif dengan analisa kaca mata agama, mental yang tidak sehat disebabkan oleh hati yang sakit sebagaimana yang disabdakan oleh baginda agung Muhammad SAW. "Sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal daging, apabila ia baik akan baiklah tubuh seluruhnya dan apabila ia rusak, maka rusaklah tubuh seluruhnya,  ketahuilah dia itu adalah hati (H. R. Bukhari dan Muslim)


Banyak orang mencari obat kegelisahan hati di tengah Pandemi ini namun ia tidak menemukannya. Lantas mereka meninggalkan agama bahkan kitab sucinya, diganti dengan sesuatu yang besifat materi dan kesenangan sesaat tanpa memperhitungkan jangka panjangnya. Mereka rela pergi ke tempat yang dilarang oleh agama untuk mengobati penyakitnya, dan membuat penyakitnya tambah parah. 


Padahal agama telah menawarkan obat hati yang gelisah luar biasa. Jika mereka mau mempraktikannya akan menjadi manusia yang sehat jasmani dan rohani. Obat hati yang paling mujarab adalah : membaca al-Qur'an memahami dan melaksanakannya, sholat secara istiqomah, senantiasa dzikrullah, berpuasa, mencari teman yang baik. Resep ini biasa dibuat puji-pujian setelah adzan  untuk menunggu kedatangan sang imam, syiirnya berbunyi:

Tombo ati iku limo wernane...

Moco al-Qur'an angen-angen sak maknane...

Kapindone sholat fardhu lakonono...

Kaping telune dzikir dalu ingkang suwi...

Kaping papate weteng kudu wani luwe...

Kaping limane wong kang sholeh kumpulono...

Sekabehe lamun biso anglakoni...

InsyaAllah gusti Allah nyembadani...


Demikianlah resep penawar hati gelisah di Pandemi ini. Dengan keistiqomahan melaksanakan resep ini,  hati kita akan terobati sekaligus ladang untuk bisa menggapai kebahagiaan kehidupan dunia dan akhirat. Dan mudah untuk mengejar ridla-Nya. Aamiin...


Kalidawir, 10 Juli 2020.  


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menangkal Digiseksual di Era Modern

  Oleh :  Imam Agus Taufiq  Munculnya Revolusi Industri pada tahun 1784 menuntut manusia untuk menciptakan berbagai hal yang mampu meringankan pekerjaan. Waktu silih berganti, seiring berjalannya jarum jam , revolusi industri terus mengalami perkembangan, bahkan saat ini   sampai pada revolusi industri 4.0. Realita   ini sangat menguntungkan bagi manusia   seiring   perkembangan teknologi yang semakin cepat melesat   membuat segalanya menjadi mudah. Manusia tidak perlu lagi bersusah payah dan dibuat pusing   dalam mengerjakan berbagai hal, karena semua pekerjaan telah diambil alih oleh teknologi. Revolusi Industri 4.0   memberikan banyak terobosan dalam teknologi di antaranya, komputer, gagdet , robot pintar, robotika, kecerdasan buatan atau AI ( Arificial Intelligence ), internet, kendaraan, dan lain sebagainya . Keterlibatan teknologi dalam kehidupan sehari-hari menyebabkan manusia menjadi ketergantungan, di sisi lain teknologi juga memberikan pengaruh yang   besar dalam kehid

Usaha Berbuat Positif

Oleh: Imam Agus Taufiq Takwa yang biasa terdengar di telinga kita adalah usaha untuk selalu melaksanakan perintah Allah swt dan Rasulullah saw. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt dalam surat Al Taghabun ayat 12 yang berbunyi: واطيعوا الله واطيعوا الرسول، فإن توليتم فإنما على رسولنا البلاغ المبين. "Bertakwalah kamu sekalian kepada Allah swt dan Rasulallah, jika engkau berpaling maka sesungguhnya kewajiaban utusan hanya menyampaikan amanat Allah dengan jelas". Ayat tersebut menjelaskan kepada kita untuk selalu taat kepada Allah swt dan Rasulullah. Arti takwa di sini menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dari sabab musabab takwa inilah sumbernya keberuntungan dunia dan akhirat. Pekerjaan taat kepada Allah dan Rasulullah bisa dilakukan kapan pun dan dimana pun. Apalagi di hari yang banyak kebaikannya yaitu hari Jumat. Harus kita ketahui bahwa Allah swt menjadikan hari Jumat, sebaik-baiknya hari bagi umat Islam. Salah satunya hari yang mulia yang disabdakan

Usaha Membangun Mood Menulis

  Oleh:  Imam Agus Taufiq Mengapa tidak menulis? Mengapa lama tidak menulis? Kiranya dua pertanyaan ini jika diajukan umumnya akan dijawab serupa, belum ada mood menulis. Solusi yang dilakukan adalah bagaimana membangun atau menciptakan mood menulis. Untuk menciptakan hal ini penting untuk menghadirkan atmosfer yang cocok untuk menulis.  Setiap penulis memiliki kebiasaan berbeda saat menulis. Misalnya seorang tokoh pahlawan nasional yang sudah banyak menelurkan banyak karya yaitu Tan Malaka di antaranya yang opus Magnum adalah Madilog (Materialisme, Dialektika, dan Logika). Tan Malaka menulis buku-bukunya dengan cara memanfaatkan jembatan keledai untuk mengingat apa yang kemudian ditulis.  Ketika masa kolonialisme Belanda, Tan Malaka menjadi pelarian bukan hanya pemerintah kolonial Belanda, namun juga pemerintah kolonial Inggris yang menguasai Malaya dan Singapura serta pemerintah Amerika Serikat yang menguasai Filipina. Dalam posisi dikejar-kejar inteljen pemerintahan kolonial tersebu